Catatan Perjalanan ke Liman
Card image
Diposting oleh - Dinas Parekraf Provinsi NTT, Pada 25 August 2021
Sebuah Catatan Perjalanan
Work From Destination,
{Strategi Baru Pengembangan Potensi Kawasan Sekaligus Konsolidasi Konsepsi Pembangunan)


Ferry Uma Kalada, salah satu armada penyeberangan yang dimiliki oleh ASDP Kupang, perlahan mulai melepaskan diri dari dermaga Bolok Kupang menuju Hansisi pulau Semau Kabupaten Kupang, saat itu 8.34am di Jumat 20 Agustus 2021. Saya persis di dek atas yang cukup terbuka untuk menikmati potensi pesisir dan sekitarnya di pinggiran Kupang maupun Semau. Penumpang yang ada sebagian besarnya merupakan ASN Pemprov NTT yang akan melakukan berbagai aktifitas di Otan dan Liman, dalam kerangka work from destination (WFD)  sebuah kebijakan Pemerintah Provinsi mendorong para ASN untuk lebih mengenal potensi daya tarik wisata secara langsung sehingga bisa memberi kontribusi bagi pengembangan kawasan secara kolaboratif. Beberapa pimpinan perangkat daerah terlihat juga mendampingi stafnya. Diantara mereka terlihat rombongan Bakti Kominfo Metro TV,  yang akan membuat dokumentasi terkait optimalisasi jaringan internet di daerah terdepan, terluar dan terpencil sekaligus pengembangan ekosistem digital potensi usaha masyarakat  setempat. Saya suka segmen acara ini di tiap akhir pekan, karena bisa melihat Indonesia secara utuh dan terutama iklannya selalu tentang kelokalan NTT serta soundtrack lagu oras loron malirin. Kami saling berbagi sapa, ternyata salah satu crew mereka adalah pegiat konservasi yang satu dua minggu lalu saya menjadi bagian dari upaya digitalisasi pemasaran potensi wisata spesies berbasis masyarakat (wsbm) di TNP Laut Sawu, sebuah kawasan konservasi perairan terluas di Asia Tenggara (3,3 juta ha) di mana saya terlibat secara aktif sejak saat perancangan (2004), pencadangan (2009), penetapan (2014) sampai saat ini sementara dilakukan review rencana pengelolaan dan zonasi. Tentang hal ini nanti saya akan ulas dalam kesempatan lain. 

Uma Kalada tetap melaju stabil dengan kecepatan sekitar 8 knotch, angin bertiup lembut dan mentari pagi ini begitu menggoda untuk dihirup, menambah imun tubuh di saat pandemi covid-19 yang entah kapan akan berakhir. Saya memuaskan diri untuk menikmati vitamin D secara gratis ini dan setelahnya saya mencoba menggapai dek bawah melewati dek penumpang yang padat dengan pengunjung yang ingin mengeskplore Semau. Celoteh dan expresi imajinatif mereka sangat riuh tentang experience  yang akan mereka dapatkan di depan sana. Saya yakin lembaran sosial media mereka sudah mulai bersileweran tentang trip  mereka saat ini. Beberapa survei mengamini bahwa model promosi seperti ini ternyata lebih efektif mendorong orang untuk melakukan kunjungan ke suatu destinasi atau daya tarik wisata. Peran para pegiat sosial media sangat penting sebagai komunitas yang turut serta dalam upaya promosi potensi, apapun itu. Dek bawah penuh dengan kendaraan, ada 31 kendaraan roda 4. Tidak keliatan sepeda motor, truck ataupun kendaraan besar lainnya, bahkan dari celoteh penumpang tadi, ada yang mengatakan bahwa banyak kendaraan dan teman-teman mereka yang belum sempat terangkut di pelayaran pertama hari ini. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar penumpang kapal hanya punya satu tujuan, menikmati keelokan pulau Semau yang dalam penghargaan Anugerah pesona Indonesia (API) 2020 memperoleh predikat juara 2 kategori destinasi baru.

Jam belum menunjukkan pukul 9am saat Uma Kalada melakukan manuver berlabuh di dermaga Hansisi. Laut masih teduh tapi terik mulai merangkak.  Reborn innova kami pertama keluar dari perutnya, terdengar sedikit benturan bumper reborn menyampaikan salam ciuman pada tanah Bungtilu, sesaat setelah melewati moving bridge  dermaga.

 Tentang Semau

Saya pertama ke Semau secara tidak sengaja saat kuliah dulu (akhir 80-an). Ketika itu menggunakan perahu bodi dan perlengkapan seadanya dengan beberapa teman kami ingin ke Pulau Kera, tapi karena arus kencang dan perahu kami sudah di depan Namosain yang membuat kami mengarahkan kemudi ke arah Hansisi, teluk kecil perpasir putih. 1992 untuk kedua kalinya saya ke Semau tepatnya di Uiasa, dalam program Gerakan Membangun Desa (Gerbades), menikmati teluk berpasir putih juga kolam yang cukup segar airnya. Saat itu Teddy’s Bar sudah melakukan pengembangan pondok wisata di Uiasa, dan saat ini menjadi salah satu desa wisata andalan di bawah binaan OCD Café (bung Oddy Messakh) dengan berbagai properti dan atraksi menarik lainnya termasuk upaya pemberdayaan masyarakat lewat Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) setempat. Beberapa kali ke Semau membuat saya harus selalu kembali lagi ke tempat ini, bahkan dua kali saya bersepeda (gowess)  Kupang-Liman pp. Kesan pertama cantik dan liar, sangat menggoda dan menantang.

Semau disebut juga sebagai Nusa Bungtilu  yang memiliki arti sebagai Pulau Bunga Tiga Warna. Bunga di sini bukan bunga yang biasanya kita kenal, tetapi kapas yang dipakai untuk menenun kain adat. Adapun kain adat yang dipakai di sini adalah kain yang dipakai untuk adat tertentu. Ketiga warna tersebut adalah warna hitam, putih dan merah.

Nusa Bungtilu bisa juga disebut sebagi cikal bakal terbentuknya tenun adat dari beberapa suku di Nusa Tenggara Timur, di mana tiga warna yang dimaksud adalah tiga warna kain adat dari suku Helong (penduduk asli), kemudian untuk Suku Timor, dan Suku Rote. Untuk Suku Helong warna dominan kain adatnya adalah warna putih (di antara warna merah), untuk Suku Timor warna dominan kain adatnya adalah warna merah, sedangkan untuk kain adat Rote warna dominan kain adatnya adalah hitam. Nusa Bungtilu bisa dibilang menampung beberapa suku, tetapi sebenarnya suku asli Pulau Semau adalah Suku Helong. Semau sangat popular dengan pantai yang cantik. Hansisi, Oeasa, Letbaun, Batu Inan, Otan, Onanbalu, Uihmake, Uihnian, Pantai Kelapa, Liman, Naekean dn masih banyak lagi daya tarik wisata  baik alam dan budaya yang dimiliki pulau ini. Kunjungan wisatawan pun meningkat dari waktu ke waktu. Ribuan orang tiap minggu melakukan kunjungan, ini peluang untuk pengembangan ekosistem pariwisata (rantai pasok dan rantai nilai)  di daerah ini sehingga berdampak pada pertumbuhan ekonomi lokal. Semau terus bergerak.

 Work From Destination

Black & Silver innova reborn kami bergerak cepat, beberapa ruas jalan mulai lakukan pembenahan, hotmix  dengan lebar jalan sekitar 12 meter. Debu putih seperti awan kabut menutupi perjalanan, saya bayangkan bila 31 kendaraan tadi beriringan pasti sang navigator akan kesulitan memandu jalan. Tujuan kami Otan, karena sudah menanti para owner 22 homestay yang difasilitasi oleh Bank NTT  dalam kegiatan Penguatan Kapasitas Pengelolaan Homestay dan Pemanfaatan Layanan Perbankan. Sungguh, saya bersyukur ada dalam teamwork dengan orang-orang professional seperti mereka. Pengalaman menjadi bagian dalam kegiatan Festival Desa Binaan Bank NTT 2021¸ berharap saya memperoleh energi lebih untuk menuangkan tulisan tentang festival ini, menunjukan bahwa peran Bank NTT sebagai pelopor penggerak ekonomi rakyat dengan tagline Melayani Lebih Sungguh,  benar-benar dilakukan dengan professional dan kesungguhan hati. Hal ini ditunjukan melalui model kerja yang tersistem dan berorientasi tidak saja pada output tapi lebih pada outcomes seperti identifikasi potensi homestay yang telah dilakukan seminggu sebelumnya, team advance yang sudah bergerak mendahului serta pembagian peran yang efektif di antara team. Saya pun bertekad untuk mengimbanginya. Menyiapkan materi dalam bentuk buku pegangan merupakan salah satu upaya untuk memberikan yang terbaik. Kami tiba saat semuanya sudah tertata dengan rapi. Saya menyiapkan laptop dan pointer wireless untuk memudahkan dinamika diskusi. Senang sekali berada diantara pemilik homestay yang rata-rata sudah berusia lanjut, namun semangat untuk membuat perubahan merupakan kekuatan utama yang terlihat dalam usaha mereka. Bank NTT (Rey Djo) menyampaikan keberpihakan Bank NTT bagi pengembangan usaha masyarakat seperti KUR, Kredit Merdeka dan juga digitalisasi pembayaran QRIS. Dari aspek tata kelola homestay, saya menyampikan aspek produk, pelayanan dan pengelolaan dengan berbagai instrument praktis yang dapat dilakukan sehingga pengunjung merasa nyaman dan aman memanfaatkan fasilitas akomodasi yang ada terutama penerapan protokol kesehatan saat masa Pandemi covid-19 ini. Diskusi kami lanjutkan sambil LCD menampilkan video terkait suksesnya desa binaan Bank NTT. Mereka terpesona, dan berkomitmen untuk dapat mengembangkan usahanya secara lebih berdaya guna. Kami mengakhirinya dengan makan siang bersama, kuah asam yang disajikan sebenarnya bisa menjadi pangsa pasar kuliner lokal setempat. Jiwa entrepreneurship  sudah seharusnya secara terfokus menjadi perhatian pemerintah melalui program pemberdayaan yang dilakukan. Kunjungan wisatawan yang berjumlah ribuan tiap minggu, merupakan peluang ke arah tersebut. Semau mesti berbenah.

Selanjutnya kami menuju pantai Otan, setelah sebelumnya menyinggahi beberapa fasilitas homestay yang ada. Di Villa Otan Beach, sementara dipersiapkan Festival Lingae oleh Taman Budaya Kupang untuk mengekspresikan rasa syukur masyarakat Semau atas hasil panen yang melimpah. Properti Villa yang cukup mewah dengan pelayanan yang excellent namun harga yang terjangkau, menjadi sasaran rebutan pengunjung, bahkan owner nya tidak memperoleh fasilitas karena sudah fullbooking. Saya hanya bisa bilang, pantai ini sangat exotic.

Setelah rehat sejenak, saya menuju Liman dengan mobil protokol Pemprov NTT. Menyusuri padang pantai yang datar, hayalan saya melayang tinggi seandainya di sini di bangun bandara internasional kemudian sebuah jembatan untuk menghubungkan Hansisi dengan Tenau, sudah pasti Semau akan menjadi kota satelit yang diminati banyak orang. Mentari sudah sedikit condong ketika kami tiba di Liman. Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat (VBL), beberapa pejabat dan masyarakat sudah ada di property cottage resto  yang dibangun oleh Pemprov NTT dengan penamaan Pariwisata Estate. Ini sebuah model pembangunan dengan mengembangkan kawasan sebagai destinasi dan pusat pertumbuhan baru untuk menggerakkan ekosistem pariwisata (rantai pasok dan rantai nilai) setempat. Hasil studi yang dilakukan Viktor Bungtilu Laiskodat, menyebutkan bahwa dalam pemenuhan unsur 5A essensial dalam pariwisata yaitu Attraction, Accescibility, Accomodation, Amenity  dan Awareness,  NTT sempurna dalam aspek atraksi, namun lemah dalam 4 (empat) aspek yang lain. Dengan kebijakan dan model pembangunan Pariwisata Estate inilah diharapkan potensi ekonomi domestik akan berkembang. Saat ini telah terbangan 7 (tujuh) kawasan Destinasi Pariwisata Estate yaitu Fatumnasi (TTS), Liman-Semau (Kab.Kupang), Mulut Seribu (Rote Ndao), Wolwal (Alor), Lamalera (Lembata), Koanara (Ende) dan Praimaditha (Sumba Timur).

Gubernur memberi arahan dan motivasi dalam bekerja mewujudkan ekspektasi imajinasi kepuasan wisatawan, yang merupakan jantung dalam pembangunan kepariwisataan. Berbagai hal konsepsi  disampaikan beliau dan juga langkah-langkah praktis yang dapat dilakukan secara taktis dan cepat namun tepat sasaran. Suasana santai namun serius mewarnai berbagi diskusi yang terjadi. Terkadang joke  dan olokan untuk menambah keakraban suasana. Hari semakin senja, diskusi berpindah dari meja resto ke pelataran cottage sambil menikmati moment sunset. Di tempat ini Gubernur VBL menjelaskan aspek hospitality dalam pelayanan termasuk standar prosedur setup dinning (table manner). Begitu juga keinginan kuat Gubernur agar industri pariwisata dapat memanfaatkan dan menyerap produk lokal (kopi, gula semut, kerajinan, tenun, dll) dalam tatakelola industri pariwisata. Menu malam berupa tenderloin dan wagio steak yang disajikan secara apik oleh manajemen Sasando Int’l Hotel Kupang, tidak menyurutkan semangat untuk tetap berdiskusi. Tidak salah kalau red wine menjadi pelengkap menu dinner malam ini. Hampir tengah malam baru diskusi bubar ketika dingin mulai semakin menggigil. Kapasitas cottage yang cuma memiliki 8 (delapan) kamar ternyata tidak mencukupi untuk dihuni oleh tamu yang ada. Beberapa harus kembali ke Otan, saya menggunakan homestay pak Thinus Tausbele mantan Kadis Lingkungan Hidup Provinsi NTT, yang hanya beberapa langkah dari Cottage Liman. Tentang pak Thinus ini saya hanya teringat 2 (dua) hal yang ditakuti selama hidupnya yaitu anjing berana dan mama berana.

Saya larut dalam tidur malam ini, deburan ombak di pantai bagaikan lantunan Ermy Kulit sang punggawa jazzy. Pagi mulai menyingkap malam, gelap pun meninggalkan pergi. Deburan ombak semakin membahana, bagaikan lantunan Shania Twain. Saya tidak mau membaca ramalan cuaca hari ini karena rencana sebentar sore akan pulang dengan perahu rakyat. 

Pagi ini trekking ke bukit Liman, kami keteteran dengan langkah sigap Gubernur, bahkan beliau berlari kecil sambil mendaki bukit Liman. Di puncak bukit beliau memberi arahan terkait potensi pulau Tabui di seberang sana, pengelolaan sampah, akses kendaraan yang tidak diperbolehkan ke arah bukit, dan berbagai kebijakan praktis lainnya. Di perjalanan pulang, beliau menjelaskan konsepsi pembangunan destinasi berkelanjutan dengan teori yang dipopulerkan oleh Sun Yuan Pan (2018), yaitu aspek sosial, ekonomi, ekologi dan juga budaya di mana dalam studi disertasinya beliau menambahkan aspek kelembagaan sebagai kekuatan kunci. Secara apik beliau menjelaskan berbagai indikator dari kelima aspek tersebut. Wartawan senior Tempo (Lina Sujud) yang turut serta dalam perjalanan tersebut berencana akan melakukan Talkshow dengan keynote speaker  Mas Sandi Uno (Menparekraf RI) dan VBL terkait Mutiara dari Timur. Bubur ayam, secangkir kopi Flores pun menjadi menu sarapan pagi ini.

Hari semakin siang, kami harus bergerak ke Otan, di sana beberapa pengunjung dari Jakarta sementara menikmati eloknya pantai Otan. Kami (Kadis Parekraf NTT-DR. Sony Libing, DR. Staf Ahli Gubernur Bidang Ekonomi- DR. Marius Jelamu, Lina Sujud dan saya) pamitan untuk kembali ke Kupang, sementara VBL masih overstay di Otan. Mentari semakin tinggi, anginpun semakin kencang. Kami menuju pantai batu, pelabuhan pelayaran rakyat setempat. Om Nelis pemilik perahu menyambut kami dan perahu siap berangkat. Angin cukup kencang, gelombang bergulung-gulung, terlihat om Nelis tetap tenang di mesin tempelnya, seorang ABK (P) di depan buritan sambil mengendalikan tali penuntun. Kami berempat hanya tenang, hampir tak bersuara, saya yakin doa tak putus-putusnya dipanjatkan. Setengah jam lebih sedikit, perahu om Nelis merapat di Tenau, laut hati pun tenang, ada tantangan di depan dan itu peluang terbaik. Semau selalu akan terkenang, Semua  Semau …… !!!

 Penulis : Johny Rohi (Kabid Industri Parekraf NTT)

Dokumentasi : pribadi, 2021



Artikel Lainnya


PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

TREND KE DEPAN, ARSITEKTUR SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA BAGAIMANA POTENSI DAN PELUANG NTT?

MENATA KAWASAN LELOGAMA, LEMBANGNYA NTT

WISATA TEMATIK DAN DAYA SAING DTW

RESTORASI TERUMBU KARANG DI KAWASAN EKOWISATA PANTAI OESINA KABUPATEN KUPANG

MOTIF KAIN TENUN ADAT NTT UNTUK FASAD BANGUNAN

PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA

MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE

Kota Kreatif

Lomba Geowisata Goes to School

URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT

Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024

Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan

Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata

Menulis Buku Bagi ASN Perencana

Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory

Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang

Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia

Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide

SALAM GEOWISATA

TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?

DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT

RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA

PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026

BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023

MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN

SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK

DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023

BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II

PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH

Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA

Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia

Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat

PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT

PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA

Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG

DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG

EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA

MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK

Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT

BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI

Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional

Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka

Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)

FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO

Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE

Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya

Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022

JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN

WELCOME LABUAN BAJO

Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN

KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA

AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022

Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs

KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG

Kampung Seni Flobamorata Kupang

Lasiana Beach

KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?

Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT

Standar Pelayanan Publik

Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT

DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES

IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

Wisata Aman Bencana di NTT

Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi

KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023

Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas

RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF

RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022

SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023

Buku Database 2021

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE

Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata

Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR

DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA

Outlook Parekraf 2022

Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang

PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA

Semauku Indah

MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG

WISATA KOTA, KOTA WISATA

NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai

KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !

Regional Calender Tourism Events 2022

RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT

KENYAMANAN RUANG HOMESTAY

SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE

MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO

KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT

Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang

PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI

DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?

Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao

Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT

MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA

Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata

Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT

PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA

Wisata Langit Gelap “Lelogama”

TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI

Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT

Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya

Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur

Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT

Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT

Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT

Kunjungan Bupati Malaka

Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana

Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT

Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende

Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur

Literasi Kabupaten Alor

Literasi Lamalera

Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)

MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO

EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM

Tourism Event 2022

WORKSHOP ARSITEK

DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT

MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG

DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT

Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles

Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang

Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT

Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT

FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025

Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT

Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo

Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT

Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik

Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi


MEDIA SOSIAL DAN KONTAK


| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT


Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555