DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
Card image
Diposting oleh - Dinas Parekraf Provinsi NTT, Pada 26 April 2023

DESTINASI  WISATA  BERKELANJUTAN  DI  NTT

 

Paul J. Andjelicus

Perencana madya bidang spasial Dinas Parekraf NTT


   Rapat Koordinasi (Rakor) Kementerian Parekraf telah  dilakukan 16 Desember 2022 lalu dengan tema Transformasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang Inklusif dan Berkelanjutan. Isu – isu  yang dibahas untuk agenda pembangunan kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional  di tahun 2023 adalah keberlanjutan, daya saing, nilai tambah, digitalisasi dan produktivitas.

    Pandemi Covid-19 mulai berangsur hilang dan tahun 2022 industri pariwisata mulai bangkit kembali. Namun tantangan tetap ada dan patut diwaspadai.  Upaya pemulihan industri pariwisata akibat dampak Pandemi Covid-19 masih terus dilakukan. Kemudian situasi politik dan ekonomi dunia seperti perang Rusia dan Ukraina dan gejolak ekonomi dunia masih tetap menghantui yang dapat sewaktu-waktu mempengaruhi industri pariwisata yang mudah rentan.

    Salah satu materi pembahasan dalam rakor tersebut adalah upaya  mencari strategi menghadirkan destinasi wisata yang berkualitas, resilient dan berkelanjutan dengan memperhatikan sumber daya alam, manusia  dan budaya yang akan menjadi arah pengembangan destinasi pariwisata Indonesia ke depan.

   Terkait pengembangan destinasi wisata berkelanjutan yang diharapkan  mampu bersaing dan menarik minat wisatawan sekaligus mewujudkan ketiga hal tersebut diatas,  maka terdapat 5 (lima)  strategi yang ditawarkan dalam sesi diskusi rakor. Kelima strategi ini menurut penulis sangat relevan untuk diterapkan di NTT yang memiliki daya tarik wisata dan atau destinasi cukup banyak, yaitu sekitar 1.582 Daya Tarik Wisata (DTW) dengan kekuatan pada daya tarik wisata alam dan budaya (Dinas Parekraf NTT, 2022).

1.      Pembangunan Destinasi Wisata sesuai Perwilayahan (spasial) dan Tematik

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NTT 2010-2030 telah merumuskan pembangunan pariwisata secara perwilayahan dan tematik.  Secara perwilayahan  atau kluster dibagi dalam 4 (empat) kluster dan setiap kluster dengan tematiknya sesuai potensi.

·  Kluster 1 (Timor, Alor, Rote, Sabu): Pengembangan wisata kepulauan yang bertumpu pada keindahan pantai dan wisata minat khusus;

·      Kluster 2 (Flores Bagian Barat): Konsep pulau penuh pesona yang bertumpu pada Komodo dan peninggalan budaya masyarakat;

·      Kluster 3 (Flores Bagian Timur): Konsep pengembangan  ekowisata yang bertumpu pada Danau Kelimutu dan atraksi budaya lokal;

·      Kluster 4 (Sumba): Konsep pengembangan budaya lokal  yang bertumpu pada budaya megalitik dan ritual adat.

 

   Kemudian dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPPARDA) Provinsi  NTT 2015-2025 juga sudah ditindaklanjuti dengan perwilayahan secara makro (dalam bentuk Destinasi Pariwisata Provinsi/DPP dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi /KPPP) dan mikro (dalam bentuk Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi/KSPP). Tantangan yang dihadapi saat ini  adalah tidak ada dokumen perencanaan turunan yang disusun baik pada tingkatan DPP sampai KSPP  dengan berbagai alasan. Salah satunya dan yang utama adalah keterbatasan anggaran. Dokumen  perencananan yang sudah disusun pun   tidak menjamin dijadikan referensi untuk pengembangan destinasi wisata.

   Perencanaan destinasi wisata yang dilakukan  selama ini adalah menyusun  Rencana Induk Destinasi Wisata / Tapak Daya Tarik Wisata dan atau langsung pada  desain perencanaan teknis fasilitas atau DED. Perencanaan pada tingkat ini tidak ada sangkut pautnya atau tidak membahas keterkaitan dengan kawasan sekitar, destinasi wisata yang ada di sekitar, tematik kawasan wisata dan rencana pengembangan kawasan secara keseluruhan. Terdapat  gap / kesenjangan perencanaan yang besar  antara arahan perwilayahan RIPPARDA Provinsi NTT dan desain teknisnya.

    Solusi yang ditawarkan adalah menyusun rencana  sesuai arahan perwilayahan dalam RIPPARDA Provinsi NTT dalam bentuk Rencana Makro untuk 5 (lima)  DPP sebagai arah dan pedoman untuk penyusunan rencana mikro dalam bentuk Rencana Induk Destinasi Wisata yang ada di setiap DPP. Sekaligus referensi bagi penyusunan RIPPARDA  Kabupaten/Kota.

 

2.      Manajemen Destinasi Wisata

     Pada bagian ini kesiapan SDM menjadi kunci untuk melaksanakan pengelolaan destinasi yang baik dan berkualitas. Kesiapan SDM parekraf khususnya masyarakat  yang ada di sekitar lokasi destinasi wisata masih menjadi kendala utama di NTT. Berbagai upaya terus dilakukan dengan bantuan berbagai pihak. Untuk memudahkan manajemen pengelolaan, perlu  dilakukan analisis tipologi terhadap destinasi wisata yang ada di NTT sehingga perlu  disusun peta  potensi atau  database destinasi wisata yang dikelompokkan dalam berbagai tematik sesuai potensi tersebut. Analisis yang dipakai berdasarkan lokasi geografis, potensi dan keunikan daya tarik wisata yang dimiliki serta kelengkapan komponen 5 A Pariwisata yang dimiliki.

3.      Dukungan Infrastruktur

    Salah  satu masalah dalam pembangunan pariwisata adalah dukungan aksesibilitas  ke lokasi wisata. NTT sebagai provinsi kepulauan dengan destinasi wisata yang tersebar di 22 kabupaten/kota butuh dukungan aksesibilitas baik darat, laut maupun udara. Dukungan aksesibilitas melalui transportasi laut yang menghubungkan berbagai pulau yang masih sangat terbatas. Sementara untuk jalur udara, hanya Kupang dan Labuan Bajo yang menjadi pintu masuk dari provinsi lain. Hal ini tentu membuat biaya transportasi untuk berwisata ke NTT menjadi tinggi dan mengurangi daya saing destinasi wisata di NTT.

            Strategi yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jalur transportasi laut dengan pembukaan rute baru dan meningkatkan frekuensi         pelayaran untuk rute yang sudah ada. Selanjutnya memantapkan infrastruktur transportasi darat di Timor, Flores dan Sumba yang                 menjangkau semua kawasan  yang ada di setiap kabupaten. Sehingga dapat disusun paket perjalanan wisata yang dapat menarik                 minat wisatawan. Sementara untuk transportasi udara, pada tahap awal adalah peningkatan frekuensi penerbangan dari dan keluar               NTT. Sehingga dapat disusun paket perjalanan wisata yang dapat menarik minat wisatawan. Sementara untuk transportasi udara, pada         tahap awal adalah peningkatan frekuensi penerbangan dari dan keluar NTT.

             Sehingga dapat disusun paket perjalanan wisata yang dapat menarik minat wisatawan. Sementara untuk transportasi udara, pada           tahap awal adalah peningkatan frekuensi penerbangan dari dan keluar NTT.

 

4.      Optimalisasi Pengembangan Kawasan dengan Destinasi Wisata yang Dikembangkan

   Pengembangan  destinasi wisata di NTT dapat dilakukan dan sinergis dengan pengembangan kawasan seperti dukungan untuk Kawasan Strategis yang ada seperti KSPN Labuan Bajo dengan Komodo di TN Komodo sebagai daya tarik utama, Pengembangan Kawasan Perbatasan di Pulau Timor, Alor dan Rote Nado dengan beberapa destinasi wisata yang ada seperti Pantai Nembrala dan Kawasan Mulut Seribu (Rote), Pantai Tanjung Bastian (TTU) dan  Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain (Belu).

   Kawasan  Ekonomi Khusus (KEK) Golomori yang pernah digagas dan saat ini dikembangkan  menjadi Kawasan Pariwisata MICE sebagai bagian dari KSPN Labuan Bajo. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay yang dulu pernah direncanakan dengan deliniasi kawasanya terdapat beberapa daya tarik wisata  seperti Kampung Tradisional Kawa dan pantai Kota Jogo. Pengembangan Desa Wisata sebagai bagian dari pengembangan kawasan pedesaan. Perlu dilakukan pemetaan kembali desa-desa wisata yang ada di NTT yang sudah mencapai 503 (Dinas Parekraf NTT,2022), agar diperoleh data desa wisata yang masuk kategori desa wisata rintisan, berkembang, maju dan mandiri.

   Pengembangan kota juga didorong karena kota sebagai ibukota kabupaten menjadi pintu gerbang dan tempat transit bagi wisatawan sebelum mengunjungi  beberapa daya tarik wisata dan destinasi wisata yang ada di kabupaten tersebut. Kota dapat dijadikan destinasi wisata dengan mengembangkan potensi yang dimiliki seperti daya tarik wisata buatan, event / festival kota dan  industri ekonomi kreatif yang ada di kota.

 

5.      Pemberdayaan Masyarakat dan UMK di Destinasi Wisata

     Industri ekonomi kreatif di NTT yang sudah berkembang dengan baik adalah produk ekraf yang berasa dari sub sektor kuliner, kriya dan fashion. Tercatat sekitar 3772 pelaku usaha sub sektor industri kreatif di NTT sesuai database yang dihimpun Dinas Parekraf NTT tahun 2022. Ini memberikan dampak dan potensi pada kebangkitan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja. Penguatan pelaku UMK  merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat agar produk yang dihasilkan mempunyai kualitas dan daya saing untuk menembus berbagai tingkatan pasar minimal pasar nasional. Bentuk penguatan tersebut antara lain standarisasi kualitas produk, sertifikasi produk dan usaha serta  branding agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Khususnya masyarakat  di destinasi wisata didorong dan difasilitasi untuk menjadi pelaku usaha ekraf tanpa meninggalkan pekerjaan pokok sesuai potensi yang dimiliki kawasan atau desa tersebut. 





Artikel Lainnya


PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

TREND KE DEPAN, ARSITEKTUR SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA BAGAIMANA POTENSI DAN PELUANG NTT?

MENATA KAWASAN LELOGAMA, LEMBANGNYA NTT

WISATA TEMATIK DAN DAYA SAING DTW

RESTORASI TERUMBU KARANG DI KAWASAN EKOWISATA PANTAI OESINA KABUPATEN KUPANG

MOTIF KAIN TENUN ADAT NTT UNTUK FASAD BANGUNAN

PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA

MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE

Kota Kreatif

Lomba Geowisata Goes to School

URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT

Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024

Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan

Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata

Menulis Buku Bagi ASN Perencana

Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory

Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang

Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia

Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide

SALAM GEOWISATA

TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?

RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA

PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026

BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023

MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN

SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK

DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023

BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II

PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH

Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA

Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia

Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat

PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT

PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA

Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG

DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG

EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA

MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK

Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT

BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI

Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional

Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka

Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)

FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO

Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE

Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya

Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022

JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN

WELCOME LABUAN BAJO

Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN

KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA

AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022

Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs

KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG

Kampung Seni Flobamorata Kupang

Lasiana Beach

KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?

Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT

Standar Pelayanan Publik

Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT

DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES

IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

Wisata Aman Bencana di NTT

Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi

KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023

Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas

RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF

RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022

SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023

Buku Database 2021

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE

Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata

Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR

DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA

Outlook Parekraf 2022

Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang

PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA

Semauku Indah

MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG

WISATA KOTA, KOTA WISATA

NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai

KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !

Regional Calender Tourism Events 2022

RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT

KENYAMANAN RUANG HOMESTAY

SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE

MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO

KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT

Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang

PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI

DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?

Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao

Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT

MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA

Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata

Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT

PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA

Catatan Perjalanan ke Liman

Wisata Langit Gelap “Lelogama”

TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI

Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT

Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya

Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur

Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT

Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT

Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT

Kunjungan Bupati Malaka

Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana

Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT

Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende

Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur

Literasi Kabupaten Alor

Literasi Lamalera

Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)

MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO

EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM

Tourism Event 2022

WORKSHOP ARSITEK

DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT

MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG

DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT

Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles

Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang

Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT

Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT

FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025

Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT

Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo

Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT

Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik

Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi


MEDIA SOSIAL DAN KONTAK


| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT


Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555