MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
Card image
Diposting oleh - Paul J. Andjelicus, Pada 17 December 2020

MENEMUKAN   POTENSI  INDENTITAS  FISIK  KOTA  KUPANG

Paul J. Andjelicus

Perencana Muda Dinas Parekraf NTT – Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) NTT


Dalam sejarahnya  perkembangannya, Kota Kupang selalu mendapat berbagai sebutan dan julukan atau mempunyai spirit / jargon. Beberapa yang terkenal adalah  Kupang   Kota Karang  dan Kupang Kota Bougenvil dan tentu saja spirit  Kupang sebagai  Kota KASIH  yang merupakan kepanjangan dari Kupang, Aman Sehat, Indah dan Harmonis.  Kota Kupang juga identik dengan panas dan kering karena suhu udara yang tinggi dan musim kemarau yang panjang terjadi disini.


Lalu apa sebetulnya Identitas Kota Kupang?  Apa keistimewaan dan hal unik dari kota Kupang yang membedakan dengan kota lain? Apakah budaya atau sejarah? Kota Kupang tentu saja punya sejarah dan budaya seperti kota lain. Sejarah kota Kupang berawal dari permukiman awal di sekitar Kelurahan LLBK sekarang (kota lama). Banyak budaya yang tumbuh dan berkembang disini yang dibawa para pendatang yang mendiami kota ini. Hal ini sejalan dengan berbagai teori pertumbuhan kota, sebuah kota dibentuk oleh sejumlah unsur, antara lain manusia dan kebudayaannya. Mulanya manusia, secara sendiri-sendiri atau berkelompok, mendiami sebuah tempat, lalu menjadi komunitas. Mereka kemudian meleburkan sistem nilai masing-masing dan membentuk sebuah sistem nilai baru. Adakah keistimewaan Kota Kupang yang dapat menjadi  identitas kota ini, khususnya secara fisik?


Pengalaman Kota Lain

Setiap kota punya keistimewaan atau keunikan. Atau berupaya menampilkan citra kotanya untuk menarik perhatian pengunjung. Sidoarjo dikenal seagai Kota Udang karena penghasil Udang. Pekalongan,  dikenal sebagai Kota Batik karena keunggulan komperatifnya penghasil  batik terbaik, Banda Aceh  dijuluki Kota Serambi Mekah. Kota lain punya sebutan atau jargon yang dipakai untuk menampilkan citra kotanya  seperti Bandung dengan  Paris Van Java,  Jogya pernah mengunakan tagline  Never Ending Asia , Solo dengan “The Spirit of Java” atau Jakarta dengan “Enjoy Jakarta”. Baru – baru ini Kota Purwakarta meresmikan Taman Air Mancur Sri Baduga yang diklaim terbesar di Asia Tenggara dan menyamai yang ada di Dubai. Ini menjadi salah satu upaya untuk  promosi wisata kota Purwakarta.


Kota – kota besar di belahan dunia menjadi sangat terkenal karena mempunyai karakter spesifik yang dimiliki sebagai identitas kota tentu bukan hanya fisik namun juga non fisik. Hal ini selaras dengan pendapat Julia Winfield – Pfeferkorn dalam bukunya The Branding of The Cities yang menyebutkan keberhasilan kota besar dunia seperti New York, Paris, London, Tokyo dan Sydney  dalam menjual kotanya  disebabkan karena memiliki keunikan dalam salah sebuah fungsi  kehidupan kota seperti sejarah, kualitas ruang (termasuk infrastruktur kota), gaya hidup dan budaya dengan landasan program kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah kotanya. Dari elemen fisik kotanya,  siapa yang tidak kenal dengan Menara Eiffel di Paris ,  Patung Liberty di New York atau Menara Kincir Angin di Belanda?


Pemahaman Identitas Kota

Berbagai pendapat para ahli menyebutkan pengertian identitas kota lebih dari sekedar ciri fisik suatu obyek, melainkan juga makna yang terkandung di dalamnya atau aspek-aspek non fisik yang dimiliki. Kevin Lynch dalam bukunya Image of The City , “ identitas kota adalah bukan dalam arti keserupaan suatu objek dengan yang lain, tetapi justru mengacu kepada makna individualitas yang mencerminkan perbedaannya dengan objek lain serta pengenalannya sebagai entitas tersendiri. Identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time ), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri “.


Identitas suatu kota tidak sekedar simbolis arsitektural semata sehingga dengan membangun sebuah elemen fisik (tangible) menjadi landmark fisik di kota sudah dapat dikatakan menciptakan identitas suatu kota. Elemen fisik itu dapat dibuat secara cepat sementara identitas kota butuh waktu yang lama untuk membentuknya. Memahami identitas kota tidak hanya berorientasi pada keberadaan elemen-elemen fisik maupun kejelasan struktur kotanya namun yang lebih penting adalah terbangunya komunikasi  antara manusia dengan artefak fisik kota. Sehingga adanya sebuah  “sense” yang memberikan makna bagi setiap orang yang menikmati  setiap sudut ruang kota. Identitas sebuah kota terbentuk oleh kondisi, karakter, dan keunggulan kompetitif yang dimiliki kota tersebut. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang berbeda dengan kota-kota lain. Unik, Khas., Istimewa.


Potensi Kota Kupang

Identitas fisik kota Kupang dapat ditelusuri, digali dan ditemukan melalui potensi elemen yang sudah ada dan menjadi bagian keseharian perjalanan Kota Kupang. Elemen fisik yang ada dapat menjadi citra kota yang kemudian bersama dengan elemen non fisik mengalami evolusi proses untuk membentuk identitas kota Kupang.


-        Sasando

Alat musik tradisional Rote ini sudah menjadi ikon budaya NTT baik di nasional maupun internasional. Sasando juga sekaligus menjadi lambang pemerintah Kota Kupang. Bandingkan dengan simbol kota lain seperti Kujang sebagai simbol Kota Bogor, Udang simbol Kota Sidoardjo ,  Buaya dan Hiu simbol kota Surabaya atau Tugu  Monas jadi simbol DKI Jakarta. Potensi Sasando untuk menjadi identitas fisik kota Kupang terbuka lebar. Bentuk Sasando dapat diterapkan  dalam berbagai bentuk elemen fisik kota seperti bangunan, gerbang kota dan berbagai eleman ruang publik kota. Bentuk Sasando sudah diaplikasi seperti  Patung Sasando di depan Gedung Ina Boi, Bandara El Tari, dan terakhir yang spektakuler adalah Bangunan Kantor Gubernur NTT yang baru, dimana gagasan bentuk Sasando bangunan ini lahir dari sebuah Sayembera Arsitetkur.  Karya – karya arsitektural dengan bentuk Sasando masih dinantikan kehadirannya  di Kota Kupang, akan membawa keunikan dan dapat berpotensi menjadi awal pembentuk identitas fisik Kota Kupang. Seperti Kota Sydney yang identik  dengan bangunan Sidney Opera House atau Singapura dengan Patung Lion. Diperlukan pengaturan untuk memaksimalkan potensi bentuk Sasando dalam transformasi karya arsitektural sehingga unsur bentuk Sasando dalam sebuah karya arsitektural mendukung karakter kota dan dapat menjadi ikon kota yang pada akhirnya menjadi identitias fisik Kota Kupang. Tentu kita perlu belajar dari Bali , yang mempunyai regulasi terkait pengunaan karya arsitekteur lokal  dalam setiap bangunan atau kawasan kota  sehingga karya arsitektur yang dibangun selalu mempunyai ciri khas seperti penggunaan material bata terakota dan penggunaan ornamen  unsur budaya Hindu setempat.


-        Batu Karang

Tersedia berlimpah sehingga Kupang sering  mendapat julukan Kota Karang. Batu karang yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk menjadi membentuk identitas fisik secara arsitektural. Pada desain bangunan diterapkan  untuk eleman dinding bangunan atau pagar dari batu karang termasuk ekspose materialnya. Untuk ruang terbuka publik dapat dterapkan  untuk pot tamam, pembatas sirkulasi, gerbang  atau patung (sculpture) sehingga ruang terbuka menjadi khas batu karang. Koridor jalan utama juga dapat dirancang dengan memanfaatkan potensi batu karang seperti untuk pot atau bak tanaman hias, gerbang jalan, dudukan lampu jalan. Hal ini dapat  menjadi unik dan jika diterapkan di seluruh area publik seperti taman – taman kota, berpeluang memberikan nila estetika wajah kota. Kita dapat minimalkan penggunaan batu alam dari luar daerah seperti batu candi, batu paras, dan sejenisnya  dengan memanfaatkan batu karang yang memang tersedia disini. Sebagai contoh, penggunaan dinding – dinding batu kapur alam pada kompleks Taman Budaya Patung Garuda Wisnu Kencana di Uluwatu Bali menjadi contoh pemanfaatan potensi batuan yang ada di sekitar lokasi menjadi karya arsitektural yang berkualitas. Kalau di Bali identik dengan penggunan bata tera kota maka Kota Kupang dapat diidentikkan dengan Batu Karang.


-     Unsur vegetasi

Unsur vegetasi / tanaman juga menjadi potensi dengan menggali tanaman yang cocok hidup di kota Kupang yang panas dan selama ini sudah ada tanaman yang menjadi bagian tak terpisahkan dengan kehidupan kota Kupang. Vegetasi / tanaman yang berpotensi adalah bougenvil, pohon Lontar/Tuak dan Flamboyan. Walaupun ketiga jenis tanaman ini juga tumbuh di daerah lain.


Bunga Bougenville atau Bunga Kertas merupakan tanaman yang tahan cuaca panas ini  dan sudah terbukti cocok dikembangkan disini.  Era 80-an Kupang pernah mendapat sebutan julukan Kota Bougenvil. Hal ini karena pemerintah kota Kupang saat itu (masih kotif Kupang) mengembangkan tanaman bougenvil di seluruh kota seperti pembangunan pot bunga bougenvil di sepanjang jalan utama kota Kupang waktu itu.


Pohon Lontar / Tuak merupakan tanaman yang sudah familiar bagi warga Kota Kupang sebagai penghasil minuman tradisional Moke. Cocok hidup di daerah panas seperti Kupang. Pohon ini cocok untuk penggunaan di taman dan boulevard jalan di Kupang seperti penggunaan tanaman Pohon Lontar di boulevard  Gedung Ina Boi, orisinil dan unik , sehingga dapat menjadi contoh untuk dikembangkan di kawasan kota lainnya. Peran tanaman  pinus atau cemara dapat digantikan oleh tanaman Lontar yang berfungsi sebagai tanaman pengarah yang memang lebih cocok dan khas Kupang.


Flamboyan atau Sepe dalam istilah lokalnya, merupakan pohon peneduh yang mempunyai bunga yang sangat menarik yang berwarna oranye pada akhir tahun. Saat ini menjadi perhatian untuk dikembangkan menjadi ikon kota Kupang lewat sejumlah program seperti adanya rencana pengembangan wisata flamboyan sebagai kekhasan pariwisata kota Kupang oleh pemerintah dan pihak swasta sebagaimana diberitakan salah satu surat kabar di kota ini awal Januari 2017 lalu. Gagasan lain dalam pengembangan Flamboyan sebagai vegetasi ikonik Kota Kupang adalah berbagai gagasan dalam rencana tata ruang kota Kupang seperti Gagasan Koridor Flamboyan di jalan El Tari – Jalan. Frans Seda – koridor jalan Bandara El Tari. Koridor lainnya adalah jalur ring road (jalur 40). Kita dapat membayangkan jika terdapat sejumlah koridor dan taman – taman flamboyan, pada akhir tahun (bulan Desember), kota Kupang telihat dari udara bagaikan sabuk dan pulau-pulau oranye yang dihasilkan warna flamboyan yang berbunga. Pengaturan komposisi ketiga tanaman ini diharapkan dapat membangun citra dan karakter kota lewat lingkungan kota yang tertata baik. Kita dapat belajar dari Belanda dengan Bunga Tulip yang melegenda.


Penutup


-   Identitas  fisik kota haruslah memeiliki keunikan, karaketer khusus, kualitas keberbedaan dengan yang dimiliki kota lain dan punya potensi untuk daya tarik wisata. Sehingga perlu ditemukan elemen fisik yang memang sudah ada atau tersedia di Kota Kupang dan berbeda dengan kota lain.


-    Kota Kupang perlu identitas kota baik fisik maupun non fisik sebagai salah satu strategi  promosi kota Kupang. Hal ini mengingat posisi Kota Kupang sebagai Kota paling Selatan Indonesia dan menjadi gerbang / beranda depan negara karena  berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Australia.


-   Ketiga eleman fisik (Sasando, Batu Karang, Unsur Vegetasi) dapat menjadi potensi untuk melahirkan identitas kota Kupang secara fisik. Ketiga elemen ini dapat dipadupadankan , dikombinasikan untuk melahirkan karya arsitektural kota yang dapat mendukung pembentukan identitas fisik Kota Kupang. Perlu juga dipikirkan dari ketiga elemen ini ada satu elemen yang menjadi point of interest menjadi ikon fisik kota. Adakah elemen lainnya selain ketiga elemen ini?  Masih bisa muncul sepanjang digali dan ditelusuri dari dalam kota Kupang sendiri.


-   Membudayakan kegiatan yang bersifat kompetisi (seperti sayembara desain) dalam melahirkan karya – karya arsitektur bangunan publik kota. Dari kegiatan ini akan lahir karya orisinil, inovatif,  dan kreatif yang dapat memperkaya elemen fisik kota Kupang dan berpotensi menjadi ikon kota.


-   Perlu kemauan dan komitmen  politik pemerintah untuk merealisasikan hal ini karena kehadiran  identitas fisik kota  Kupang telah banyak diwacanakan dan direncanakan sejak lama. 


(Tulisan ini pernah dimuat di Opini HU Timor Express Kupang , 04 Maret 2017)

Dokumentasi : Taman Ina Boy Kupang Sumber: istimewa


Artikel Lainnya


PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

TREND KE DEPAN, ARSITEKTUR SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA BAGAIMANA POTENSI DAN PELUANG NTT?

MENATA KAWASAN LELOGAMA, LEMBANGNYA NTT

WISATA TEMATIK DAN DAYA SAING DTW

RESTORASI TERUMBU KARANG DI KAWASAN EKOWISATA PANTAI OESINA KABUPATEN KUPANG

MOTIF KAIN TENUN ADAT NTT UNTUK FASAD BANGUNAN

PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA

MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE

Kota Kreatif

Lomba Geowisata Goes to School

URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT

Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024

Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan

Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata

Menulis Buku Bagi ASN Perencana

Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory

Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang

Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia

Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide

SALAM GEOWISATA

TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?

DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT

RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA

PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026

BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023

MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN

SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK

DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023

BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II

PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH

Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA

Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia

Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat

PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT

PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA

Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG

DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG

EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA

MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK

Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT

BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI

Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional

Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka

Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)

FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO

Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE

Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya

Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022

JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN

WELCOME LABUAN BAJO

Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN

KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA

AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022

Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs

KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG

Kampung Seni Flobamorata Kupang

Lasiana Beach

KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?

Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT

Standar Pelayanan Publik

Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT

DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES

IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

Wisata Aman Bencana di NTT

Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi

KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023

Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas

RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF

RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022

SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023

Buku Database 2021

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE

Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata

Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR

DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA

Outlook Parekraf 2022

Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang

PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA

Semauku Indah

MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG

WISATA KOTA, KOTA WISATA

NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai

KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !

Regional Calender Tourism Events 2022

RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT

KENYAMANAN RUANG HOMESTAY

SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE

MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO

KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT

Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang

PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI

DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?

Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao

Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT

MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA

Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata

Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT

PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA

Catatan Perjalanan ke Liman

Wisata Langit Gelap “Lelogama”

TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI

Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT

Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya

Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur

Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT

Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT

Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT

Kunjungan Bupati Malaka

Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana

Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT

Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende

Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur

Literasi Kabupaten Alor

Literasi Lamalera

Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)

MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO

EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM

Tourism Event 2022

WORKSHOP ARSITEK

DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT

DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT

Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles

Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang

Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT

Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT

FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025

Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT

Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo

Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT

Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik

Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi


MEDIA SOSIAL DAN KONTAK


| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT


Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555