MENATA KAWASAN LELOGAMA, LEMBANGNYA NTT
Card image
Diposting oleh - Paul J. Andjelicus, Pada 23 February 2024

MENATA KAWASAN LELOGAMA, LEMBANGNYA NTT

Paul J. Andjelicus

Perencana  Madya Spasial  Dinas  Parekraf  NTT

 

   Fenomena membludaknya wisatawan di Kawasan Lelogama Kupang pada akhir Januari 2024 lalu telah menjadi pembicaraan menarik di NTT dan sempat viral di dunia maya, bersaing dengan tema Pilpres 2024. Kawasan Lelogama selama ini memang telah  menjadi salah satu tujuan berekreasi yang menarik karena adanya sejumlah daya tarik wisata (DTW) dan jaraknya juga tidak terlalu jauh dari Kupang.

   Ketika mengunjungi Kawasan Lelogama dan menikmati alam panorama, sensasi ruang yang ada, pikiran kita langsung terbayang-bayang akan suasana yang hampir sama jika kita mengunjungi Kawasan Wisata Lembang Bandung. Setidaknya ada  tiga persamaan antara Kawasan Lelogama  dan  Kawasan Wisata Lembang Bandung saat ini.

   Pertama, Kawasan Lelogama berada pada ketinggian sekitar 700 m dpl, sehingga memiliki udara yang cukup nyaman/sejuk, pemandangan yang menawan dengan kawasan Hutan Lindung Timau sebagai latar belakangnya. Hal ini hampir sama dengan Kawasan Lembang yang terletak di dataran tinggi  yang berada pada  ketinggian 1200 -1500  m dpl.

   Kedua, Kawasan Lelogama memiliki beragam daya tarik wisata dan sedikitnya ada 8 (delapan) DTW yaitu Padang Lelogama, Batu Basusun, Air Terjun Lelogama, Air Panas Belerang, Cek Dam Fatumonas, Padang Savana, Hutan Lindung Timau dan Bukit Lulan. Memang yang dimiliki  belum sebanyak dan sebaik yang dimiliki Kawasan Wisata Lembang  dengan sekitar 30-an dan sudah ditata secara profesional. Tapi potensinya sudah ada.

  Ketiga, Kehadiran Observatorium Nasional (ObNas) Timau di Hutan Lindung Gunung Timau yang dekat dengan  Kawasan  Lelogama sebagai pengganti Observatorium Boscha di Lembang (OBL). Kedua kawasan ini memiliki observatorium terbesar di Indonesia dan ObNas Timau menjadi yang terbesar termasuk di Asia Tenggara. Sehingga dapat dikatakan Kawasan Lelogama merupakan Lembangnya NTT.

  Ketiga hal ini telah mengangkat citra Kawasan Lelogama  dan semakin terkenal baik di NTT maupun  Indonesia dan dunia. Kehadiran ObNas Timau berpotensi menjadi pusat perhatian nasional dan internasional karena para ahli astronomi dari berbagai penjuru dunia dipastikan akan berdatangan untuk melakukan penelitian antariksa. Sementara itu kawasan ini juga akan dikembangkan menjadi kawasan  wisata yang dapat memadukan DTW yang sudah ada dan kehadiran ObNas Timau sendiri. Pemerintah Provinsi NTT dan Kabupaten Kupang telah  mempunyai rencana untuk membangun berbagai fasilitas penunjang wisata untuk  mewujudkannya.

  Keberadaan ObNas Timau membuat  rencana pengembangan Kawasan Lelogama menjadi kawasan wisata  perlu direncanakan dengan baik, sehingga tidak mengganggu baik pertumbuhan kawasan secara keseluruhan dan aktivitas penelitian yang dilakukan para ahli astronomi.  ObNas Timau membutuhkan persyaratan  yang ketat  untuk kelangsungan operasionalnya yaitu   kawasan yang bebas atau minim polusi cahaya, debu dan juga signal radio. Karena keunggulan  inilah tapak lokasi di Desa Bitobe Kecamatan Amfoang Tengah,  dipilih dari sejumlah kandidat lokasi  lainnya di   Indonesia.

   Kondisi kawasan sekitar ObNas Timau memang masih sangat sepi dan terpencil, karena tapak lokasi ObNas seluas sekitar  30 Ha berada dalam kawasan hutan lindung Timau.  Sementara permukiman  penduduk kebanyakan berada dalam radius sekitar 10 km dari tapak lokasi dengan  kampung  terdekat berada di Desa Bitobe sekitar 4 km (arah Tenggara ObNas). Potensi masalah yang muncul adalah pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan di kawasan  permukiman baik pada saat ini dan maupun di masa depan yang tentu akan merubah wajah lahan dan tentu berpotensi menyebabkan gangguan seperti polusi cahaya dan udara.

   Potensi polusi cahaya dan debu  dapat meningkat sejalan dengan kegiatan pembangunan yang terus dilakukan saat ini dan akan datang. Saat ini polusi cahaya di sekitar ObNas Timau masih  masih tergolong sangat rendah, namun yang patut diwaspadai adalah  sky glow (cahaya yang membuat langit menjadi terang seperti cahaya dari perkotaan).  Sky glow akibat polusi cahaya dari Kota Kupang dan sekitarnya,   terlihat cukup jelas di arah Barat Daya ke Selatan. Data citra satelit yang memotret kondisi malam hari di Pulau Timor, terlihat beberapa spot terang pada daerah yang jaraknya lebih dekat daripada Kupang, sehingga patut diwaspadai di masa depan.

   Sementara polusi sinyal radio sudah mulai muncul karena telah dibangun 8 (delapan) buah menara Base Transceiver Station   (BTS) dalam radius 25 km dari ObNas Timau. Gelombang-gelombang yang  berasal dari berbagai  pemancar radio seperti  BTS untuk akses internet dapat menggangu pengamatan gelombang radio dari teleskop yang terpasang. (Abdul Rachman,2022).

  Kelestarian Kawasan  Lelogama dengan kehadiran ObNas Timau menjadi upaya dan kerja keras bersama kita seluruh stake holder pembangunan kepariwisataan di NTT. Pertambahan penduduk dan segala aktivitasnya tidak dapat dihindari dan yang bisa dilakukan dengan bijak adalah dengan berbagai pengaturan dan atau pengendalian. Kita harus belajar  dari  pengalaman OBL  yang sudah tidak dapat berfungsi dengan baik sejak tahun 1980-an akibat pertumbuhan Kawasan Lembang yang cepat sehingga menghasilkan polusi cahaya, debu dan signal radio yang tinggi.

  Beberapa usulan dan saran yang menurut hemat penulis perlu dilakukan dalam semangat pengaturan tadi dan perlu  segera dilakukan sebelum terlambat adalah:

Menyusun Arahan Spasial Kawasan Lelogama

   Perlu penyesuaian kembali Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kupang karena kehadiran ObNas Timau dan  diprediksi sudah terjadi perubahan penggunaan ruang akibat kegiatan pembangunan. Lokasi dan kawasan sekitarnya perlu diusulkan untuk ditetapkan sebagai kawasan strategis nasional bidang iptek yang kewenangannya berada pada pemerintah pusat.

Menetapkan zonasi

  Memperhatikan penyebaran  pola dan struktur ruang, permukiman dan infrastrukutur eksisting  serta persebaran DTW  yang ada maka perlu dilakukan  zonasi dengan  memperhatikan jarak dari Tapak ObNas Timau. Zonasi ini berdasarkan konsep Tripartite Concept (Cooper, 1993) dalam pembangunan dan penataan kawasan wisata alam yang meliputi Zona Inti, Zona Penyangga (buffer) dan Zona Penunjang.

   Zonasi ruang yang diusulkan adalah Zona Inti berada pada wilayah tapak lokasi ObNas dengan radius sampai 5 km dari lokasi tapak ObNas. Zona ini tidak diperbolehkan dilakukan kegiatan pembangunan baru. Zona Penyangga merupakan area dalam radius 5 km – 10 km dari lokasi tapak yang masih dimungkinkan dilakukan pembangunan secara terbatas dengan memperhatikan arahan pola dan struktur ruang dalam RTRW terbaru. Untuk zona penunjang yang berada pada area radius di atas 10 km, merupakan area yang dapat dilakukan sejumlah pembangunan secara terbatas temasuk pembangunan fasilitas penunjang wisata.

Penyedian fasilitas wisata

  Penyediaan memperhatikan jenis wisata yang akan dikembangkan dan lebih diarahkan untuk jenis dan aktivitas wisata outdoor seperti agrowisata, healing, camping dan hiking. Dipadukan dengan DTW  yang sudah ada dan  kehadiran ObNas maka kawasan ini diarahkan  pengembanganya menjadi  Kawasan Wisata Tematik Astronomi. Rencana penyediaan fasilitas wisata dan pengembangan kawasan perlu dirumuskan dalam sebuah Rencana Induk / Master Plan Kawasan.

Memfasilitasi  partisipasi masyarakat

   Masyarakat terlibat secara aktif dalam kegiatan pembangunan di Kawasan Lelogama seperti menjadi pengelola, menyediakan produk ekonomi kreatif khas Lelogama  dan penyediaan berbagai jasa wisata yang dibutuhkan. Untuk pelestarian operasional ObNas, dilakukan melalui sejumlah  edukasi masyarakat seperti yang sudah dilakukan LAPAN (sekarang BRIN) sejak tahun 2019 bersama ITB dan UNDANA. Edukasi yang dilakukan tersebut antara lain penggunaan penerangan malam hari agar cahaya lampu optimal  namun tidak mengganggu kecerahan langit malam kawasan.

Pemantapan koordinasi pembangunan antara pusat dan daerah

   Rencana pemerintah pusat lewat BRIN untuk  membangun Taman Wisata Langit Gelap yang sekaligus menjadi DTW baru perlu dibicarakan untuk disinkronkan dengan rencana pemerintah daerah baik provinsi dan Kabupaten Kupang untuk mengembangkan Kawasan Wisata di Lelogama. Sinkronisasi ini menghasilkan sejumlah arahan pembangunan kawasan yang komprehensif dari tingkat pusat sampai daerah baik dari aspek spasial dan non spasial, aspek penganggaran dan pengaturan kewenangan.  

Foto Dokumentasi: Istimewa



Artikel Lainnya


PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

PENTINGNYA PERIZINAN BANGUNAN GEDUNG DALAM USAHA PARIWISATA

TREND KE DEPAN, ARSITEKTUR SEBAGAI DAYA TARIK PARIWISATA BAGAIMANA POTENSI DAN PELUANG NTT?

WISATA TEMATIK DAN DAYA SAING DTW

RESTORASI TERUMBU KARANG DI KAWASAN EKOWISATA PANTAI OESINA KABUPATEN KUPANG

MOTIF KAIN TENUN ADAT NTT UNTUK FASAD BANGUNAN

PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA

MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE

Kota Kreatif

Lomba Geowisata Goes to School

URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT

Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024

Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan

Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata

Menulis Buku Bagi ASN Perencana

Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory

Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang

Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia

Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide

SALAM GEOWISATA

TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?

DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT

RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA

PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026

BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023

MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN

SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK

DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023

BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II

PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH

Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA

Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia

Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat

PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT

PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA

Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG

DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG

EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA

MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK

Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT

BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI

Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional

Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka

Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)

FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO

Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE

Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya

Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022

JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN

WELCOME LABUAN BAJO

Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN

KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA

AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022

Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs

KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG

Kampung Seni Flobamorata Kupang

Lasiana Beach

KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?

Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT

Standar Pelayanan Publik

Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT

DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES

IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

Wisata Aman Bencana di NTT

Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi

KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023

Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas

RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF

RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022

SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023

Buku Database 2021

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE

Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata

Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR

DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA

Outlook Parekraf 2022

Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang

PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA

Semauku Indah

MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG

WISATA KOTA, KOTA WISATA

NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai

KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !

Regional Calender Tourism Events 2022

RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT

KENYAMANAN RUANG HOMESTAY

SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE

MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO

KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT

Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang

PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI

DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?

Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao

Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT

MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA

Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata

Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT

PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA

Catatan Perjalanan ke Liman

Wisata Langit Gelap “Lelogama”

TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI

Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT

Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya

Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur

Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT

Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT

Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT

Kunjungan Bupati Malaka

Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana

Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT

Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende

Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur

Literasi Kabupaten Alor

Literasi Lamalera

Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)

MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO

EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM

Tourism Event 2022

WORKSHOP ARSITEK

DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT

MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG

DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT

Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles

Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang

Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT

Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT

FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025

Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT

Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo

Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT

Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik

Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi


MEDIA SOSIAL DAN KONTAK


| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT


Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555