Keunggulan -
Destinasi wisata Pantai Koka
saat ini menjadi salah satu destinasi wisata unggulan di Kabupaten Sikka. Destinasi ini semakin menjadi
tersohor seiring berkembangnya destinasi super premium
Labuanbajo. Pesatnya perkembangan Labuanbajo, turut memberikan andil
pada dikenalnya destinasi lainnya di Pulau Flores
termasuk Pantai Koka.
Destinasi
ini terletak di Kecamatan Paga, Desa Wolowiro, berjarak kurang lebih 48 km dari
Kota Maumere, berada pada ruas sumbu
jalan negara, sehingga akses menuju detsinasi ini boleh dibilang sangat mudah. Untuk mencapai lokasi
destinasi pantai Koka dari pusat Kota Maumere dapat ditempuh dengan kendaran baik roda 4 maupun roda 2
dengan waktu tempuh sekitar 45 menit saja. Perjalanan 45 menit normal ini tidak akan terasa sebab sepanjang perjalanan
anda dapat menikmati berbagai spot wisata dengan
tema yang beragam,
mulai dari museum Blikon Blewut
di Leda Lero, rumah tenun
Lepo Lorun di Nita, Resort La Paga, Paga Beach dan kampung adat Mbengu
di Maulo’o dan akhirnya Pantai Koka
di Wolowiro, tentunya ini dapat dinikmati secara paripurna jika anda memiliki waktu yang cukup
untuk menjelajahi semua spot wisata ini.
Destinasi
wisata pantai koka berjarak sekitar 2 km dari sumbu jalan negara, dengan akses
jalan masuk yang tidak terlalu bagus, pembayaran pas masuk yang harus dilakukan
sebanyak 2 kali sebesar Rp.10.000,- dan Rp.5.000,- adalah hal
yang juga tentunya sangat menyesakan, namun percayalah setelah anda memasuki lokasi pantai ini, perasanaan kesal, jenuh
karena lamanya perjalanan, penat karena
semua hal yang anda temui selama perjalanan seakan sirna. Batin dan jiwa anda
akan dibuai, kemudian dibawah
terbang menyaksikan hamparan
pasir putih yang bersih, bening dan kemilau
pantulan cahaya mentari yang menyapa dan mengelus permukaan air laut,
berpadu resonansi nada nyanyian
gelombang pantai selatan menerpa karang kemudian pecah dan berkejaran meraih
bibir pantai. Perjalanan wisata merajut
pengalaman dan cengkrama
bersama alam pantai koka adalah sebuah kontemplasi nyata dan paripurna dari kehidupan untuk memaknai pencipta.
Destinasi
Wisata Pantai Koka, memberikan pengalaman yang melampaui ekspektasi dan
imajinasi pengunjung, Indahnya Pantai
Koka, semakin sempurna karena Pantai eksotis ini seakan dijaga dan dipagari, serta diapit oleh dua bukit
kecil, yakni Bukit Rodja tepat berada di sisi barat pantai dan Bukit Ndate Sare di sebelah Timurnya. Tepat di
kaki Bukit Rodja pada dasar tebing yang terjal dengan ketinggian hampIr 5 meter terdapat sebuah goa batu dengan
kedalaman gua sekitar 500 meter menuju dataran
yang oleh penduduk setempat dinamakan Lia Wio, sementara pada kaki butit Ndate
Sare terdapat bungker peninggalan
Jepang pada Perang Dunia II, dengan kedalaman Bunker sekitar 50 Meter.
Kabarnya Di tempat
ini masih terdapat
tank dan persenjatan tua peninggalan tentara
Jepang.
Oleh
Warga setempat tempat ini dikeramatkan, karenanya akses untuk berkunjung ke Bukit Ndate Sare sangat
dibatasi.
Menghabiskan
waktu seharian di Pantai Koka sungguh sangat tidak menjenuhkan, berbagai
aktifitas dapat dilakukan, mulai dari berendam
diri di cekungan perairan dangkal
yang tenang,menyelam menikmati terumbuh karang yang masih
alami, dengan arus bawah air laut yang juga sangat pelan, dan sesewaktu pada bulan juli-september dapat juga berselancar ria menikmati
gelombang tinggi sekitar 1,5 m, kemudian
berjemur dan merasakan hangatnya mentari beralaskan pasir putih yang bersih.
Beraktifitas
seharian tentunya menguras energi, jika pengunjung haus atau lapar, tidak perlu
khawatir, ada penduduk lokal yang
menjajakan kelapa muda segar, serta pangan lokal. Bagi pengunjung yang ingin menikmati malam demi meraih fajar di
pagi hari, dilokasi ini juga sudah ada 4 unit home stay yang disewakan dengan harga yang relative terjangkau yakni Rp. 250.000/malam. Jauh dari kebisingan, mendengarkan nyanyian binatang
malam, sambil rebahan di tepi pantai pada dipan bambu yang disiapkan seadanya oleh masyarakat setempat dengan
diterangi temaram bulan purnama, yang malu berpantul
riak kilau permukaan
laut, yang pasrah dipermainkan angin, serta
deru gemuruh gelombang adalah sebuah pengalaman yang mungkin tidak akan
ditemui di gedung-gedung pencakar langit
dengan pelayanan bintang lima sekalipun. Ketika pagi merebak, kala tirai fajar
tersibak, nampak merona ufuk timur,
bangun dari peraduan malamnya sang mentari mengintip seolah datang dari balik dalamnya
samudera, terlihat burung-burung pantai terbang rendah memangsa ikan-ikan
yang bercengkrama di permukaan.
Pantai
Koka adah cerita tanpa episode, pantai koka menjadi telah menjadi rekaman
pengalaman yang tersajiwartakan dalam
berbagai tulisan. Telah banyak tulisan yang
mengulas destinasi wisata ini. Pantai
Koka di mata wisatawan mendapatkan banyak asosiasi yang mempersonifikasikan
destinasi menawan ini, deretan
personifikasi yang sering diberikan kepada dewtinasi ini diantaranya The Dream
Beach, The scattered pieces of heaven, The Blue Tapestry, dan masih banyak lagi julukan yang disematkan oleh wisatawan kepada
destinasi ini, sesuai
aktualisasi rajutan pengalaman mereka.
Pantai Koka antara harapan
dan kebutuhan
Pantai
Koka adalah sebuah magnet baru Pariwisata Kabupaten Sikka yang setiap hari
dikunjungi oleh wisatawan, bahkan
bukan saja wisatawan lokal, tetapi juga terdapat wisatawan mancanegara yang
juga menghabiskan waktu beberapa
hari di destinasi ini. Pantai Koka adalah sebuah oase baru bagi dahaga geliat ekonomi masyaralat lokal. Kehadiran
pengunjung yang terus berdatangan dan tak pernah sepi telah memancing bertumbuhnya ekonomi masyarakat lokal. Kondisi
ini seharusnya dimanfaatkan dan dikelola secara baik, budaya dalam bentuk atraksi harus meulai dihidupkan sebagai bagian dari suuguhan
yang bukan saja dalam tatanan nilai kultural, tetapi juga memberikan dampak
ekonomis, sikap dan perilaku
masyarakat setempat harus juga mulai berubah dan ramah bukan saja terhadap pengunjung, tetapi juga pada kebutuhan pengunjung.
Pantai
Koka hari-hari ini adalah Pantai Koka yang hadir semata-mata karena Pemberian
Tuhan. Pola perilaku wisata yang tumbuh dari masyarakat setempat, belum sejalan
dengan kebutuhan serta standard
rasa pariwisata itu sendiri, selain itu Pantai Koka belum bersolek diri dari
aspek amenitas, sarana dan prasarana
seperti Toilet, Air Bersih, Lahan Parkir gerai Kuliner dan Cederamata belum terlihat
mengisi kekokosongan ruang butuh
wisatawan.
Pantai
Koka membutuhkan sentuhan pembangunan dari Pemerintah, serta keihklasan untuk
duduk bersama, bersepakat untuk
tumbuh bersama dari masyarakat lokal. Kerelaan untuk memberikan ruang bagi pemerintah melakukan beberapa
intervensi yang dapat memenuhi standard kebutuhan wisatawan adalah sebuah kemutlakan, sambil juga
dibuka ruang kreasi bagi masyarakat untuk mengeksplorasi semua potensi ekonominya agar bernilai efektif bagi
kesejahteraan masyarakat lokal. Pola Asah, Asih, Asuh dalam kemitraan harus ditumbuhkan, karena dengan pola yang
partisipatif ini, masyarakat akan merasa diikutkan, terlibat dan menikmati
hasi pembangunan Koka, serta Pemerintah mendapat manfaat dari terdistribusinya kesejahteraan dan akses masyarakat kepada sumber-sumber kesejahteraan tersbut dapat terbuka.
Perbaikan jalan masuk, retribusi masuk yang
satu harga dan sekali, ketersediaan
air bersih, pemandu lokal, ketersediaan pangan lokal yang higenis dengan cita
rasa lokal, sikap masyarakat yang
ramah terhadap wisata dan wisatawan, akomodasi yang cukup, tempat parkir yang representative, adalah sebuah pekerjaan
rumah yang harus segera diselesaikan agar destinasi wisata
Pantai Koka, benar-benar menjadi destinasi wisata yang ramah dan sesuai
citarasa serta standar kebutuhan wisatawan.