Bambu adalah Kehidupan, Bambu
adalah Masa Depan. Demikian inti arahan Gubernur Victor
B. Laiskodat ketika meresmikan Kampus Desa Bambu Agroforestry di daerah
Turetogo Desa Ratogesa Kecamatan Golewa Kabupaten Ngada, pada saat kunjungan
kerja ke Flores Mei 2021 lalu. Kampus Desa Bambu ini dikembangkan oleh Yayasan
Bambu Lestari (YBL) di atas lahan seluas 1 Ha dengan beberapa fasilitas yang akan dibangun secara
bertahap seperti fasilitas pengawetan bambu, Rumah Bambu Lestari, mess dan aula pertemuan untuk berbagai kegiatan diklat
dan pertemuan. Disamping itu juga terdapat kawasan hutan bambu yang dibiarkan terjaga
kelestariannya dan kebun pembibitan yang
terdiri dari beberapa jenis bambu dan tanaman sela seperti porang dan tanaman
pewarna tradisional.
Menurut
YBL, Kampus Desa Bambu ini akan menjadi tempat promosi, kampanye dan
penyebarluasan informasi mengenai penggunaan bambu dalam kehidupan masyarakat yang
sudah mulai ditinggalkan. Untuk jangka panjang, Kampus Desa Bambu ini akan
menjadi tuan rumah serangkaian lokakarya
konstruksi bambu di mana para peserta akan bereksperimen dengan berbagai sistem
struktur bambu. Pengetahuan tentang bambu sebagai bahan bangunan, arsitektur tradisional
dan nilai kearifan lokal yang ada akan menjadi inspriasi
bagi para arsitek dan masyarakat dalam membangun bangunan dari bambu.
Adanya
Kampus Desa Bambu dengan alam yang indah
ini tentu menambah kawasan wisata di Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai alternatif daya tarik berwisata
mengingat salah satu tren wisata era new
normal adalah wisata berbasis alam yang masih asli. Dan NTT memiliki pesona alam dan budaya yang
indah, asli dan eksotik. Disamping itu, kawasan sejenis juga sudah hadir di Kabupaten
Sumba Barat Daya yaitu Sekolah Perhotelan Internasional yang dibangun oleh
Sumba Hospitality Foundation tahun 2015 lalu. Sekolah ini menyiapkan
pengetahuan di bidang perhotelan selama satu tahun atau setara diploma 1 untuk jurusan restoran dan bar, tata boga, resepsionis
dan tata graha (house keeping). Fasilitas
yang dibangun mengunakan bambu sebagai bahan utama seperti bangunan kelas,
penginapan dan fasilitas lainnya.
NTT
memiliki potensi bambu yang cukup
menjanjikan. Tercatat sedikitnya
ada 10 jenis bambu di NTT yang tersebar di hampir seluruh wilayah dengan konsentrasi
terbesar di Flores dan Sumba. Sementara di Timor relatif lebih sedikit. Secara
nasional terdapat 161 jenis bambu dan luasan tanaman bambu diperkirakan
mencapai 20 juta Ha namun terus berkurang dalam 10 tahun terakhir. Khususnya di
Jawa, tanaman bambu makin berkurang karena terdesak penggunaan lahan untuk
permukiman. Sementara untuk NTT, belum ada data yang pasti terkait luasan
kawasan hutan bambu, namun dari data YBL terdapat area bambu seluas 80.000 Ha yang tersebar di
Kabupaten Mabar, Manggarai, Manggarai Timur, Ngada dan Nagekeo. Permasalahan
yang ada di NTT adalah bambu hanya digunakan sebagai bahan bangunan dan pagar rumah dan
belum memberikan nilai tambah bagi masyarakat.
Bambu
merupakan tanaman yang banyak
dimanfaakan sejak dulu untuk berbagai keperluan dalam kehidupan manusia mulai
dari sebagai bahan bakar, pagar, perlengkapan rumah tangga, bahan bangunan sampai rumah bahkan bangunan gedung dengan skala yang besar
seperti aula, ruang pertemuan. Khusus bahan bangunan, bambu adalah material
ringan yang berongga dan sepintas terlihat lemah. Namun adanya rongga menjadi
ciri khas kekuatan bambu dan berfungsi
sebagai bracer yang memperkuat bambu dan
membuat elemen yang biasa digunakan sebagai struktur menjadi lebih ringan dan
tidak kaku. Bambu memiliki karakter elastis dan tidak mudah pecah sehingga
struktur bambu menjadi lebih kuat sebagai bahan bangunan. Tentu dengan beberapa
syarat seperti bambu yang sudah tua memiliki usia 7 tahun keatas dan telah melalui proses pengawetan.
Bambu
banyak manfaatnya. Dari segi ekologis, bambu dipakai untuk memulihkan lahan
kritis, perlindungan daerah aliran sungai (DAS) dan mitigasi dan adaptasi
perubahan iklim serta pencegahan bencana alam. Bambu mampu menyimpan air dengan
baik karena 1 rumpun bambu dapat menyimpan 5000 liter air pada musim hujan
untuk dialirkan ke tanah pada musim kemarau. Selain itu bambu dapat menyerap karbon CO2 karena 1 ha bambu mempu
menyerap dan menahan 50 ton CO2 per tahun. Sementara dari segi ekonomis, bambu
dapat dibududayakan secara lestari dan berkesibambungan yang dapat dipanen
secara regular tanpa mengurangi fungsi sebagai tutupan hutan dan konservasi air.
Kemampuan menyimpan air dapat mendukung budidaya tanaman produktif lainnya yang dikembangkan masyarakat. . Dan
tentu saja bambu dapat diolah menjadi beranekaragam produk seperti makanan,
tekstil, furnitur dan bahan bangunan. Produk olahan bambu di pasar dunia diperkirakan
telah mencapai lebih dari 70 Milyar Dollar.
Melihat
prospek produk olahan bambu di dunia dan potensi bambu yang dimilliki NTT, maka perlu adanya
pengembangan lebih lanjut dari tanaman bambu yang sudah ada sebagai langkah
upaya memberikan nilai tambah bagi masyarakat. Kementerian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan (KLHK) telah menetapkan Kabupaten Ngada sebagai pusat unggulan untuk
program 1000 Desa Bambu. Desa Bambu merupakan suatu platform dalam mengembangkan
dan memperkuat pemanfaatan bambu melalui industri bambu berbasis masyarakat dan
dibangun dengan mekanisme people public
private partnership (4P). Desa Bambu akan bergerak dari sektor hulu sampai hilir,
mulai dari pengeleloaan hutan bambu yang lestari dan pemanfaatan bambu sebagai
bahan baku industri.
Untuk
mendukung program KLHK ini, Pemerintah Provinsi NTT pada tahun anggaran 2021
ini menyiapkan anggaran sekitar 8 Milyar melalui Dinas Pemberdayaan Masyarakat
Desa untuk menyiapkan bibit bambu di 7 kabupaten dan tahun 2022 nanti akan
diperluas di 4 kabupaten. Hal ini dilakukan untuk memastikan keberlangsungan bambu
dalam rangka pengembangan industri bambu ke depan. Khusus di kabupaten Ngada
sudah ada 10 desa bambu yang dijadikan pusat unggulan dan percontohan untuk
daerah lain. 10 desa tersebut adalah Desa Ratogesa, Mataloko, Dokka, Dadawea, Were
1, dan Were 2, Were 4, Waieia, Radabata dan Wogo yang terdapat di Kecamatan
Golewa.
Melihat
potensi bambu yang ada di Kecamatan Golewa dan ditetapkannya Kabupaten Ngada
sebagai pusat unggulan Desa Bambu, maka kawasan bambu di Kecamatan Golewa dapat diarahkan menjadi kawasan ekowisata bambu di Ngada bahkan NTT.
Disamping itu juga beberapa kawasan bambu lainya di Flores dan juga Sumba seperti Pola,
Tana Daru, Wanggameti dan Mangili Wati. Wisatawan dapat diarahkan untuk
menikmati pemandangan alam hutan bambu, sensasi tinggal di rumah / pondok bambu,
membeli berbagai produk olahan bambu baik sebagai souvenir maupun makanan dan
juga menyaksikan proses pembuatan berbagai produk olahan bambu tersebut. Bahkan
dapat pula terlibat dan berinteraksi langsung dalam proses produksi tersebut
bersama masyarakat. Dengan demikian upaya memberikan nilai tambah bambu bagi
masyarakat setempat dapat terwujud melalui produk olahan bambu dan konservasi
lingkungan.
Paul
J. Andjelicus
Perencana Muda Dinas Parekraf NTT
Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) NTT
Dokumentasi Foto: Rancangan Kampus Desa Bambu Agroforestry Turetogo di Kabupaten Ngada (Yayasan Bambu Lestari,2021)
Referensi:
https://www.arsitag.com/article/bambu-sebagai-bahan-bangunan
https://rri.co.id/kupang/daerah/1058797/ntt-miliki-kampus-desa-bambu-agroforestry
https://kupang.antaranews.com/berita/7662/ngada-jadi-pusat-unggulan-program-1000-desa-bambu
Pengembangan Desain Bambu Agroforestry di NTT. Yayasan Bambu Lestari.2021
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555