MENEMUKAN POTENSI
INDENTITAS FISIK KOTA
KUPANG
Paul
J. Andjelicus
Perencana Muda Dinas Parekraf NTT – Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) NTT
Dalam sejarahnya perkembangannya, Kota Kupang selalu mendapat berbagai sebutan dan julukan atau mempunyai spirit / jargon. Beberapa yang terkenal adalah Kupang Kota Karang dan Kupang Kota Bougenvil dan tentu saja spirit Kupang sebagai Kota KASIH yang merupakan kepanjangan dari Kupang, Aman Sehat, Indah dan Harmonis. Kota Kupang juga identik dengan panas dan kering karena suhu udara yang tinggi dan musim kemarau yang panjang terjadi disini.
Lalu apa sebetulnya Identitas Kota Kupang? Apa keistimewaan dan hal unik dari kota Kupang yang membedakan dengan kota lain? Apakah budaya atau sejarah? Kota Kupang tentu saja punya sejarah dan budaya seperti kota lain. Sejarah kota Kupang berawal dari permukiman awal di sekitar Kelurahan LLBK sekarang (kota lama). Banyak budaya yang tumbuh dan berkembang disini yang dibawa para pendatang yang mendiami kota ini. Hal ini sejalan dengan berbagai teori pertumbuhan kota, sebuah kota dibentuk oleh sejumlah unsur, antara lain manusia dan kebudayaannya. Mulanya manusia, secara sendiri-sendiri atau berkelompok, mendiami sebuah tempat, lalu menjadi komunitas. Mereka kemudian meleburkan sistem nilai masing-masing dan membentuk sebuah sistem nilai baru. Adakah keistimewaan Kota Kupang yang dapat menjadi identitas kota ini, khususnya secara fisik?
Pengalaman Kota Lain
Setiap kota punya keistimewaan atau keunikan. Atau berupaya menampilkan citra kotanya untuk menarik perhatian pengunjung. Sidoarjo dikenal seagai Kota Udang karena penghasil Udang. Pekalongan, dikenal sebagai Kota Batik karena keunggulan komperatifnya penghasil batik terbaik, Banda Aceh dijuluki Kota Serambi Mekah. Kota lain punya sebutan atau jargon yang dipakai untuk menampilkan citra kotanya seperti Bandung dengan Paris Van Java, Jogya pernah mengunakan tagline Never Ending Asia , Solo dengan “The Spirit of Java” atau Jakarta dengan “Enjoy Jakarta”. Baru – baru ini Kota Purwakarta meresmikan Taman Air Mancur Sri Baduga yang diklaim terbesar di Asia Tenggara dan menyamai yang ada di Dubai. Ini menjadi salah satu upaya untuk promosi wisata kota Purwakarta.
Kota – kota besar di belahan dunia menjadi sangat terkenal karena mempunyai karakter spesifik yang dimiliki sebagai identitas kota tentu bukan hanya fisik namun juga non fisik. Hal ini selaras dengan pendapat Julia Winfield – Pfeferkorn dalam bukunya The Branding of The Cities yang menyebutkan keberhasilan kota besar dunia seperti New York, Paris, London, Tokyo dan Sydney dalam menjual kotanya disebabkan karena memiliki keunikan dalam salah sebuah fungsi kehidupan kota seperti sejarah, kualitas ruang (termasuk infrastruktur kota), gaya hidup dan budaya dengan landasan program kerjasama yang baik antara masyarakat dan pemerintah kotanya. Dari elemen fisik kotanya, siapa yang tidak kenal dengan Menara Eiffel di Paris , Patung Liberty di New York atau Menara Kincir Angin di Belanda?
Pemahaman Identitas Kota
Berbagai pendapat para ahli menyebutkan pengertian identitas kota lebih dari sekedar ciri fisik suatu obyek, melainkan juga makna yang terkandung di dalamnya atau aspek-aspek non fisik yang dimiliki. Kevin Lynch dalam bukunya Image of The City , “ identitas kota adalah bukan dalam arti keserupaan suatu objek dengan yang lain, tetapi justru mengacu kepada makna individualitas yang mencerminkan perbedaannya dengan objek lain serta pengenalannya sebagai entitas tersendiri. Identitas kota adalah citra mental yang terbentuk dari ritme biologis tempat dan ruang tertentu yang mencerminkan waktu (sense of time ), yang ditumbuhkan dari dalam secara mengakar oleh aktivitas sosial-ekonomi-budaya masyarakat kota itu sendiri “.
Identitas suatu kota tidak sekedar simbolis arsitektural semata sehingga dengan membangun sebuah elemen fisik (tangible) menjadi landmark fisik di kota sudah dapat dikatakan menciptakan identitas suatu kota. Elemen fisik itu dapat dibuat secara cepat sementara identitas kota butuh waktu yang lama untuk membentuknya. Memahami identitas kota tidak hanya berorientasi pada keberadaan elemen-elemen fisik maupun kejelasan struktur kotanya namun yang lebih penting adalah terbangunya komunikasi antara manusia dengan artefak fisik kota. Sehingga adanya sebuah “sense” yang memberikan makna bagi setiap orang yang menikmati setiap sudut ruang kota. Identitas sebuah kota terbentuk oleh kondisi, karakter, dan keunggulan kompetitif yang dimiliki kota tersebut. Keunggulan kompetitif adalah sesuatu yang berbeda dengan kota-kota lain. Unik, Khas., Istimewa.
Potensi Kota Kupang
Identitas fisik kota Kupang dapat ditelusuri, digali dan ditemukan melalui potensi elemen yang sudah ada dan menjadi bagian keseharian perjalanan Kota Kupang. Elemen fisik yang ada dapat menjadi citra kota yang kemudian bersama dengan elemen non fisik mengalami evolusi proses untuk membentuk identitas kota Kupang.
- Sasando
Alat musik tradisional Rote ini sudah menjadi ikon budaya NTT baik di nasional maupun internasional. Sasando juga sekaligus menjadi lambang pemerintah Kota Kupang. Bandingkan dengan simbol kota lain seperti Kujang sebagai simbol Kota Bogor, Udang simbol Kota Sidoardjo , Buaya dan Hiu simbol kota Surabaya atau Tugu Monas jadi simbol DKI Jakarta. Potensi Sasando untuk menjadi identitas fisik kota Kupang terbuka lebar. Bentuk Sasando dapat diterapkan dalam berbagai bentuk elemen fisik kota seperti bangunan, gerbang kota dan berbagai eleman ruang publik kota. Bentuk Sasando sudah diaplikasi seperti Patung Sasando di depan Gedung Ina Boi, Bandara El Tari, dan terakhir yang spektakuler adalah Bangunan Kantor Gubernur NTT yang baru, dimana gagasan bentuk Sasando bangunan ini lahir dari sebuah Sayembera Arsitetkur. Karya – karya arsitektural dengan bentuk Sasando masih dinantikan kehadirannya di Kota Kupang, akan membawa keunikan dan dapat berpotensi menjadi awal pembentuk identitas fisik Kota Kupang. Seperti Kota Sydney yang identik dengan bangunan Sidney Opera House atau Singapura dengan Patung Lion. Diperlukan pengaturan untuk memaksimalkan potensi bentuk Sasando dalam transformasi karya arsitektural sehingga unsur bentuk Sasando dalam sebuah karya arsitektural mendukung karakter kota dan dapat menjadi ikon kota yang pada akhirnya menjadi identitias fisik Kota Kupang. Tentu kita perlu belajar dari Bali , yang mempunyai regulasi terkait pengunaan karya arsitekteur lokal dalam setiap bangunan atau kawasan kota sehingga karya arsitektur yang dibangun selalu mempunyai ciri khas seperti penggunaan material bata terakota dan penggunaan ornamen unsur budaya Hindu setempat.
- Batu Karang
Tersedia berlimpah sehingga Kupang sering mendapat julukan Kota Karang. Batu karang yang tersedia dapat dimanfaatkan untuk menjadi membentuk identitas fisik secara arsitektural. Pada desain bangunan diterapkan untuk eleman dinding bangunan atau pagar dari batu karang termasuk ekspose materialnya. Untuk ruang terbuka publik dapat dterapkan untuk pot tamam, pembatas sirkulasi, gerbang atau patung (sculpture) sehingga ruang terbuka menjadi khas batu karang. Koridor jalan utama juga dapat dirancang dengan memanfaatkan potensi batu karang seperti untuk pot atau bak tanaman hias, gerbang jalan, dudukan lampu jalan. Hal ini dapat menjadi unik dan jika diterapkan di seluruh area publik seperti taman – taman kota, berpeluang memberikan nila estetika wajah kota. Kita dapat minimalkan penggunaan batu alam dari luar daerah seperti batu candi, batu paras, dan sejenisnya dengan memanfaatkan batu karang yang memang tersedia disini. Sebagai contoh, penggunaan dinding – dinding batu kapur alam pada kompleks Taman Budaya Patung Garuda Wisnu Kencana di Uluwatu Bali menjadi contoh pemanfaatan potensi batuan yang ada di sekitar lokasi menjadi karya arsitektural yang berkualitas. Kalau di Bali identik dengan penggunan bata tera kota maka Kota Kupang dapat diidentikkan dengan Batu Karang.
- Unsur vegetasi
Unsur vegetasi / tanaman juga menjadi potensi dengan menggali tanaman yang cocok hidup di kota Kupang yang panas dan selama ini sudah ada tanaman yang menjadi bagian tak terpisahkan dengan kehidupan kota Kupang. Vegetasi / tanaman yang berpotensi adalah bougenvil, pohon Lontar/Tuak dan Flamboyan. Walaupun ketiga jenis tanaman ini juga tumbuh di daerah lain.
Bunga Bougenville atau Bunga Kertas merupakan tanaman yang tahan cuaca panas ini dan sudah terbukti cocok dikembangkan disini. Era 80-an Kupang pernah mendapat sebutan julukan Kota Bougenvil. Hal ini karena pemerintah kota Kupang saat itu (masih kotif Kupang) mengembangkan tanaman bougenvil di seluruh kota seperti pembangunan pot bunga bougenvil di sepanjang jalan utama kota Kupang waktu itu.
Pohon Lontar / Tuak merupakan tanaman yang sudah familiar bagi warga Kota Kupang sebagai penghasil minuman tradisional Moke. Cocok hidup di daerah panas seperti Kupang. Pohon ini cocok untuk penggunaan di taman dan boulevard jalan di Kupang seperti penggunaan tanaman Pohon Lontar di boulevard Gedung Ina Boi, orisinil dan unik , sehingga dapat menjadi contoh untuk dikembangkan di kawasan kota lainnya. Peran tanaman pinus atau cemara dapat digantikan oleh tanaman Lontar yang berfungsi sebagai tanaman pengarah yang memang lebih cocok dan khas Kupang.
Flamboyan atau Sepe dalam istilah lokalnya, merupakan pohon peneduh yang mempunyai bunga yang sangat menarik yang berwarna oranye pada akhir tahun. Saat ini menjadi perhatian untuk dikembangkan menjadi ikon kota Kupang lewat sejumlah program seperti adanya rencana pengembangan wisata flamboyan sebagai kekhasan pariwisata kota Kupang oleh pemerintah dan pihak swasta sebagaimana diberitakan salah satu surat kabar di kota ini awal Januari 2017 lalu. Gagasan lain dalam pengembangan Flamboyan sebagai vegetasi ikonik Kota Kupang adalah berbagai gagasan dalam rencana tata ruang kota Kupang seperti Gagasan Koridor Flamboyan di jalan El Tari – Jalan. Frans Seda – koridor jalan Bandara El Tari. Koridor lainnya adalah jalur ring road (jalur 40). Kita dapat membayangkan jika terdapat sejumlah koridor dan taman – taman flamboyan, pada akhir tahun (bulan Desember), kota Kupang telihat dari udara bagaikan sabuk dan pulau-pulau oranye yang dihasilkan warna flamboyan yang berbunga. Pengaturan komposisi ketiga tanaman ini diharapkan dapat membangun citra dan karakter kota lewat lingkungan kota yang tertata baik. Kita dapat belajar dari Belanda dengan Bunga Tulip yang melegenda.
Penutup
- Identitas fisik kota haruslah memeiliki keunikan, karaketer khusus, kualitas keberbedaan dengan yang dimiliki kota lain dan punya potensi untuk daya tarik wisata. Sehingga perlu ditemukan elemen fisik yang memang sudah ada atau tersedia di Kota Kupang dan berbeda dengan kota lain.
- Kota Kupang perlu identitas kota baik fisik maupun non fisik sebagai salah satu strategi promosi kota Kupang. Hal ini mengingat posisi Kota Kupang sebagai Kota paling Selatan Indonesia dan menjadi gerbang / beranda depan negara karena berbatasan langsung dengan Negara Timor Leste dan Australia.
- Ketiga eleman fisik (Sasando, Batu Karang, Unsur Vegetasi) dapat menjadi potensi untuk melahirkan identitas kota Kupang secara fisik. Ketiga elemen ini dapat dipadupadankan , dikombinasikan untuk melahirkan karya arsitektural kota yang dapat mendukung pembentukan identitas fisik Kota Kupang. Perlu juga dipikirkan dari ketiga elemen ini ada satu elemen yang menjadi point of interest menjadi ikon fisik kota. Adakah elemen lainnya selain ketiga elemen ini? Masih bisa muncul sepanjang digali dan ditelusuri dari dalam kota Kupang sendiri.
- Membudayakan kegiatan yang bersifat kompetisi (seperti sayembara desain) dalam melahirkan karya – karya arsitektur bangunan publik kota. Dari kegiatan ini akan lahir karya orisinil, inovatif, dan kreatif yang dapat memperkaya elemen fisik kota Kupang dan berpotensi menjadi ikon kota.
- Perlu kemauan dan komitmen politik pemerintah untuk merealisasikan hal ini karena kehadiran identitas fisik kota Kupang telah banyak diwacanakan dan direncanakan sejak lama.
(Tulisan ini pernah dimuat di Opini HU Timor Express Kupang , 04 Maret 2017)
Dokumentasi : Taman Ina Boy Kupang Sumber: istimewa
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555