DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Paul J. Andjelicus
Perencana
Muda Dinas Parekraf Provinsi NTT
Anggota Ikatan Arsitek
Indonesia (IAI) NTT
Pembangunan pariwisata menjadi salah satu prioritas pembangunan NTT dibawah kepemimpinan Viktor Laiskodat
dan Josef Nae Soi bahkan menjadi prime
mover atau pengerak utama bagi pembangunan sektor lainnya. Salah satu program
pariwisata di NTT adalah pembangunan kawasan wisata destinasi baru di NTT atau
Pariwisata Estate dan untuk tahun 2019 terdapat 7 kawasan unggulan yang akan
dibangun yaitu Pantai Liman Semau di Kabupaten Kupang, Perairan Mulut Seribu di
Rote Ndao, Wisata Alam Fatumnasi di TTS, Kampung Adat Praimadita di Sumba
Timur, Pantai Moru di Alor, Lamalera di Lembata dan Danua Kelimutu di Ende.
Pembangunan pariwisata di NTT dilakukan bukan untuk para
wisatawan saja tetapi juga untuk menjaga
kelestarian dan keunikan, kekayaan alam dan budaya setempat yang dapat
berkontribusi positif bagi ekonomi masyarakat. Terdapat 4 aspek pembangunan pariwisata yang merupakan
komponen wisata yang saling mendukung
(Cooper, 1993) yaitu Attraction
(Daya Tarik), Accesability (Aksesibilitas),
Amenity (Fasilitas) dan Ancillary (Penunjang). Daya tarik wisata
(Attraction) merupakan komponen vital
karena suatu tempat wisata harus memiliki keunikan yang mampu menarik minat
wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Daya tarik wisata terdiri dari daya tarik wisata alam, budaya
dan buatan dapat berbentuk seperti keindahan lokasi alam, pertunjukkan kesenian,
rekreasi, paket budaya yang dilestarikan dan rumah adat.
Pesona
Rumah Adat
Salah satu daya tarik yang dimiliki NTT selain keindahan
alam adalah rumah adat atau rumah
tradisional. Rumah adat pada masing-masing daerah memiliki
bentuk arsitektur yang khas. Secara garis besar terdapat 10 ragam arsitektur tradisional di NTT yaitu: Arsitektur Sumba,
Sabu, Rote, Atoni, Wekali, Alor, Sumba, Flores Timur, Lio, Ngada dan Arsitektur Manggarai (Kelompok
Arsitektur Vernakular Unwira,1992). Ragam arsitektur ini merupakan aset yang kaya akan wujud dan ciri
khasnya, karena setiap rumah adat mencerminkan dan mengabadikan sejumlah
nilai-nilai, norma–norma adat dan pandangan hidup yang alami. Rumah–rumah adat
tersebut kaya akan makna simbolik yang bernuansa sosial, mistis, relegius,
pemersatu suku, tanggap terhadap iklim, bencana gempa dan lingkungan, serta tanggap terhadap budaya setempat. Hal ini yang perlu dilestarikan dan
menjadi potensi yang tak ternilai sehingga dapat menjadi daya tarik wisata.
Wisatawan
dapat mengenal dan mempelajari pesona rumah
adat secara keseluruhan mulai dari pola permukiman / perkampungan rumah adat,
bentuk bangunan rumah, filosofi rumah adat itu sendiri, proses pembangunan sampai
artefak dan ragam/ornamen hias yang ada. Secara
umum pola permukiman rumah adat mencirikan konsep hubungan mikrokosmos dan
makrokosmos, konsep mengelompok (kluster) dan pemanfaatan potensi topografi
untuk penentuan hirarki yang jelas. Contohnya pola permukiman rumah adat suku
Matabesi di Belu yang memiliki tipe kluster,
dengan Rumah Besar (Uma Bot) sebagai
pusat perkampungan dan terletak pada
daerah yang lebih tinggi. Kampung tradisional Takpala di Alor, terdapat
beberapa komponen bangunan penting
membentuk pola kluster. Pada daerah Flores dapat dijumpai pola permukiman yang hampir sama seperti pada perkampungan
adat Wajo di Kabupaten Nagekeo. Pola kluster juga diterapkan untuk tapak perkampungan tradisional di Sabu,
dimana bangunan - bangunan berpusat pada satu titik yang berada pada ruang
terbuka. Konsep berbeda terdapat pada pola perkampungan Sa’o Ria di Ende yang berbentuk linear. Hal ini dapat dilihat dari perletakan massa bangunan yang mengikuti alur
jalan dan
kontur tanah. Begitu juga dengan pola permukiman rumah tradisional Sumba
tidak memiliki pola tertentu, tapi selalu memperhatikan topografi setempat dan menghindari letak rumah menghadap ke Timur dan
Barat. Menurut kepercayaan jika rumah menghadap ke Barat atau Timur maka
penghuninya akan mengalami malapetaka.
Dari aspek bangunan, secara umum rumah adat / rumah tradisional
di NTT berbentuk panggung dan terdiri dari 3 bagian yaitu kaki (pondasi), badan
(dinding) dan kepala (atap) yang mendominasi bangunan. Dominasi bentuk atap
bangunan merupakan salah satu daya tarik utama rumah adat. Penggunaan material lokal seperti kayu, bambu untuk kontruksi
dinding dan atap dari bahan daun lontar atau
alang-alang, terbukti tanggap dengan kondisi alam khususnya gempa. Salah satu rumah adat yang paling terkenal adalah rumah adat Sumba karena bentuk arsitektur atapnya sering dipakai dalam berbagai desain
arsitektur perkantoran modern di NTT. Rumah adat di Moni Ende
yang utama adalah Sa’o Ria (rumah besar), berbentuk rumah panggung tanpa
dilengkapi jendela dengan konstruksi atap menjulang dari lantai sampai ke
bagian atas. Ada juga rumah adat yang
tidak berpanggung seperti rumah
suku Dawan yaitu Rumah Raja (Sonaf) dan Rumah Rakyat (Ume Khebu). Denah Sonaf
berbentuk agak lonjong/elips. Bentuk tersebut melambangkan alam semesta dan
sebagai pemersatu suku-suku. Rumah adat suku Boti di TTS berbentuk bundar dengan lantai
tanah dan atapnya berbentuk kerucut sampai menyentuh tanah yang disebut Ume Kbubu atau Rumah Bulat.
Pelestarian Rumah
Adat
Tanggal 9 Juni 2019
lalu, Persatuan Arsitek Internasional (The
International Union of Architects) menyelenggarakan “Baku
Forum on Mass Tourism in Historic Cities” di
Baku Azerbaijan yang pada hakekatnya menyerukan kepada semua pihak yang terlibat
dalam pembangunan pariwisata dunia untuk mendukung pengembangan desain arsitektur dan prinsip-prinsip perencanaan
yang berkualitas untuk meningkatkan dan menjaga warisan dunia
termasuk rumah adat. Sejalan dengan semangat Forum Baku, maka kita prihatin dengan kasus-kasus terbakarnya rumah
adat di NTT seperti yang terjadi di Desa Tarung Kabupaten Sumba Barat dan Desa Watumanu
Kabupaten Ngada. Hal ini dapat menghilangkan warisan budaya dan salah satu
potensi daya tarik wisata, sehingga upaya perbaikan menjadi penting. Berbagai upaya untuk tetap
melestarikan rumah adat di NTT terus dilakukan oleh berbagai pihak. Salah satu
contoh adalah keberhasilan perbaikan Rumah Adat di Desa Wae Rebo Manggarai yang
dilakukan arsitek Yori Antar dan kawan-kawan pada tahun 2008 sehingga meraih
penghargaan dari UNESCO Asia Pasific Award sebagai Cultural Heritage
Conservation Tahun 2012 silam. Perbaikan
Rumah Adat di Desa Tarung sudah mulai
dilakukan dan pada bulan Agustus 2019 diadakan Workshop Internasional dengan
tema “Wooden Architecture” yang dilaksanakan oleh Sekolah Tukang Nusantara dengan dukungan perguruan tinggi (ITB dan UII) dan Asosiasi
Perguruan Tinggi Arsitektur Indonesia
(APTARI). Workshop langsung dilakukan di
Kampung Tarung (on site) dengan
materi konstruksi bangunan tradisional Sumba, ilmu tentang material kayu dalam
pembangunan dan berbagai kerarifan lokal yang ada.
Program Perbaikan Rumah Adat di 21 kabupaten pada tahun 2019 yang dilakukan Pemerintah Provinsi NTT patut diapresiasi sebagai salah satu upaya melestarikan potensi keunikan Rumah Adat di NTT. Bersama para pelaku terkait pariwisata, upaya pelestarian rumah adat dan arsitektur tradisional yang dimiliki NTT dapat bekerjasama dengan kalangan akademisi dan Ikatan Arsitek Indonesia Daerah NTT untuk memastikan Rumah Adat di NTT sebagai salah satu daya tarik unggulan bagi pariwisata NTT dan berkontribusi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitarnya.
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555