PENGEMBANGAN WISATA KOTA
DI NTT (bagian
2-selesai)
Paul
J. Andjelicus
Perencana Madya Spasial Dinas Parekraf NTT
Anggota IAI Provinsi NTT
Dari pengalaman kota – kota
yang ada ini dan keberadaan potensi daya tarik wisata yang dimiliki, maka sudah selayaknya mengembangkan wisata kota di berbagai kota di NTT. Untuk
saat ini Kota Kupang dan Kota Labuan Bajo merupakan 2 kota hub dan pintu gerbang utama masuknya
wisatawan dari luar provinsi NTT yang telah mengembangkan wisata kota.
Sementara kota lainnya yaitu ibukota kabupaten yang ada, telah menjadi
tempat transit bagi wisatawan yang akan menikmati keindahan daya tarik wisata
di masing-masing kabupaten. Lokasi daya tarik wisata tersebut hampir sebagian
besar terletak di luar kota dengan jarak
tempuh yang bervariasi.
Kota Kupang sebagai ibukota
Provinsi NTT telah memiliki sejumlah infrastruktur perkotaan yang cukup baik
untuk melayani hampir 500 ribu penduduk kota yang tersebar di 51 kelurahan. Sebagai
ibukota provinsi, maka Kupang telah memiliki infrastruktur yang lengkap mulai
dari fasilitas transportasi, listrik dan telekomunikasi, air bersih sampai pendidikan.
Namun begitu seperti yang terjadi di kota lainnya, masih ada permasalahaan kota yang klasik dan perlu
ditangani yaitu masalah pengelolaan
sampah dan jangkauan pelayanan air bersih.
Sementara untuk daya tarik
wisata, terdapat 67 daya tarik wisata baik alam, budaya maupun buatan (Dinas Parekraf
NTT,2022). Jika dibuat tematik seperti DKI Jakarta maka untuk wisata rekreasi
ada sejumlah tempat seperti Pantai Kelapa Lima, Pantai Kota Lama, Taman Nostalgia.
Untuk wisata sejarah dapat mengunjungi Kawasan Kota Lama LLBK, Wisata olahraga
maka terdapat kompleks Olahraga Oepoi, Wisata belanja dapat dilakukan di Lippo
Mall dan Flobamora Mall dan beberapa toko souvenir. Untuk alam terbuka ada Taman
Agrowisata Fatukoa (TAFA) dan hutan kota Fatukoa sementara untuk Alam dan Air
ada Hutan Wisata Mangrove, Pantai Wisata Lasiana. Religi dapat mengunjungi
Gereja Kota Kupang.
Kota Labuan Bajo, ibukota Kabupaten
Manggarai Barat dalam 5 tahun terakhir
mengalami perkembangan yang pesat dengan status sebagai Kawasan Strategis
Pariwisata Nasional (KSPN) Labuan Bajo segmentasi premium. Dampak penetapan
tersebut, pembangunan fisik dan non fisik di Labuan Bajo telah dilakukan dengan
sebagian besar anggaran dari pusat.
Berbagai infrastruktur kota telah dibanguan sekaligus mendorong pengembangan wisata
kota di Labuan bajo yang akan terus dikembangkan menjadi Kota Wisata mengingat posisi yang strategis di ujung Barat Pulau
Flores sebagai gerbang masuk utama ke NTT.
Beberapa fasilitas dan daya tarik
wisata yang sudah dibangun di Labuan Bajo antara lain Kawasan Water front City
Labuan Bajo, Creative Hub di Puncak
Waringin dan rehabilitasi Kampung Ujung
sebagai wisata kuliner. Juga beberapa tempat untuk menikmat pemandangan senja
seperti Bukit Cinta, Puncak Amelia dan Puncak Silvia.
Kehadiran daya tarik wisata
ini dilengkapi dengan sejumlah fasilitas
hotel berbintang dengan posisi yang strategis yang dapat menikmati keindahan
sunset di Labuan Bajo dan area water front Labuan Bajo dengan latar belakang perahu Phinisi. Beberapa hotel terrsbut antara
lain Hotel Padma, Hotel Meruorah, Sunset Hill Hotel, Ayana, Plataran Komodo dan
Local Collection yang bergaya Yunani.
Sementara kota - kota lain,
masih terus berupaya untuk melengkapai daya tarik wisatanya sambil terus
melengkapi infratruktuktur dasar pelayanan publik yang masih kurang baik kuantitas maupun kualiatasnya. Upaya
pengembangan daya tarik wisata dan komponen
pariwisata lainnya dapat dilihat seperti
pada kota Atambua, ibukota Kabupaten Belu. Dalam Ripardanya menetapkan Atambau
sebagai salah satu Kawasan Strategis Pariwisata (KSP). Daya tarik wisata yang
dimilki antara lain Taman Kota atau Alun-Alun Kota seluas 4 ha yang berada di Kawasan Simpang
Lima sekaligus menjadi ikon Kota
Atambua. Museum Foho Rai di
Matabesi, Galeri Tenun Atambua, Gereja
Katedral St. Maria Imaculata dan Kampung Adat Matabesi di Kelurahan Umanen.
Sementara kota Waingapu di
Kabupaten Sumba Timur dan Ende ibukota
Kabuapten Ende menyiapkan dan merivitaslisasi sejumlah ruang terbuka hijau
dalam bentuk taman kota untuk menambah daya tarik wisata kotanya. Waingapu,
memiliki beberapa daya tarik wisata dalam kota yang dapat menjadi andalan untuk
pengembangan wisata kota seperti Taman
Kota Waingapu, Taman Sandelwood, Matawai Market, yang merupakan pasar
tradisional. Sementara kota Ende merevitalisasi
taman kota antara lain Taman Renungan Bung Karno dan Monumen Pancasila di kawasan
Simpang Lima yang menjadi Ikon Kota Ende. Masih ada tempat wisata alam baru
yang dibuka yaitu wisata alam Gunung Meja dengan jalur trekking menuju
puncaknya.
Peluang mengembangan wisata kota
di NTT sangat terbuka mengingat semua
kota ibukota kabupaten telah memainkan peranan sebagai tempat transit wisatawan.
Kemudian beberapa fasilitas dan potensi daya tarik wisata juga sudah tersedia
seperti taman kota, fasilitas kuliner, monumen dan museum kota. Upaya yang
terus dilakukan adalah melengkapi komponen 5 A pariwisata secara bertahap, diawali
dengan mengembangkan daya tarik wisata
yang ada. Kelengkapan infrastruktur
publik juga turut dikembangkan untuk melayani kebutuhan dasar warga kota.
Selanjuntya potensi daya tarik wisata kota dikelola dengan manajemen kota, aspek
pemasaran dan perencanaan kota yang terintegrasi dalam konsep pengemasan produk wisata yang saling terkait dengan
yang komponen pariwisata yang ada. Hal
ini mengingat aktivitas wisata di kota berkaitan dengan aktivitas di perkotaan
seperti berbelanja, menikmati makanan dan minuman, mempelajari sejarah dan budaya,
menyaksikan atraksi khusus, menonton bioskop
dan kegiatan lain yang biasanya
dilakukan masyarakat dan wisatawan di
perkotaan. Point penting adalah mengembangkan wisata kota tidak hanya untuk
wisatawan namun masyarakat kota juga membutuhkan rekreasi dan berwisata.
Pengembangan disesuaikan dengan kebutuhan warga kota.
Dalam pengembangan wisata kota perlu diperhatikan aspek daya saing. Kelengkapan komponen daya tarik wisata belum cukup untuk memberikan kontribusi yang berarti bagi pendapatan kota apabila tidak didukung dengan peningkatan daya saing pariwisata kota itu sendiri. Para ahli perkotaan dan pariwisata mengatakan bahwa pentingnya peningkatan daya saing pariwisata kota agar menjadi daya tarik / magnet untuk berkunjung sehingga dapat memberikan peluang peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal. Daya saing pariwisata kota dapat diartikan sebagai kemampuan sebuah kota untuk menyediakan jasa wisata kepada wisatawan dengan kondisi yang lebih baik dari kota-kota lainnya (Cibinskiene et.al, 2015). Salah satu caranya adalah dengan membangun identitas kota. Identitas kota berasal dari potensi yang dimiliki dan dikemas untuk memberikan perbedaan / keunikan dengan kota lain.
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555