Potret Komponen
Pariwisata Kota Atambua
Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Paul J. Andjelicus*
Pengembangan pariwisata kota merupakan
salah satu sektor pembangunan yang potensial dan jika dikembangkan dengan baik akan memberikan
nilai tambah termasuk pendapatan ekonomi
bagi kota itu sendiri dan negara. Kota – kota di NTT khususnya ibukota
kabupaten dan Kota Kupang selama ini telah memainkan peran penting dalam
industri pariwisata
di NTT sebagai tempat transit bagi wisatawan dalam mengunjungi berbagai daya tarik wisata yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten. Dalam
perkembanganya, kota tidak hanya sebagai tempat transit
namun juga sebagai destinasi wisata dan menjadi salah satu upaya untuk pengembangan
kota yang berkelanjutan.
Kota sebagai destinasi wisata dibangun dan dikembangkan agar warga kota juga mempunyai tempat rekreasi dan berwisata dan
tidak hanya untuk wisatawan atau pengunjung.
Kota Atambua merupakan Ibukota Kabupaten Belu dan merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste. Atambua merupakan salah satu akses menuju Timor Leste melalui perbatasan Motaain (sekitar 30 KM atau setengah jam berkendaraan dari Atambua). Waktu perjalaman dari Atambua menuju Kota Dilli, Ibukota negara Timor Leste, sekitar 7-9 jam dengan menggunakan transportasi umum seperti bis.
Posisi strategis ini memberikan peluang dan potensi yang sangat besar untuk pengembangan dan pertumbuhan Kabupaten Belu dan Kota Atambua sendiri. Sebagai kota perbatasan dengan negara lain, maka dukungan pemerintah pusat sangat besar dalam mendukung Kabupaten Belu dan Kota Atambua sebagai Jendela Negara.
Dalam RTRW NTT 2011-2030, Kota Atambua bersama Kota Kefamenanu dan Kota Kalabahi ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Atambua menjadi pendorong pusat pelayanan penyangga dan pintu gerbang di Provinsi NTT. Sebagai pusat perkotaan dan juga menjadi simpul utama ekspor impor ke negara tetangga Timor Leste. Atambua merupakan salah satu pusat pelayanan utama dalam konsepsi sistem pusat pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Posisi yang strategis ini juga dapat dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor pariwisata di Kabupaten Belu dengan Kota Atambua sebagai destinasi wisata kota dan tempat transit pengunjung dan wisatawan. Selain wisatawan nusantara juga wisatawan mancanegara dari Timor Leste. Beberapa daya tarik wisata di Kabupaten Belu sangat beragam seperti daya tarik wisata alam dan bahari (Kolam Susuk, pantai Oefuik, pantai Pasir Putih, Fulan Fehan), wisata budaya (tempat upacara, makam, benteng, gua alam, tari tradisional dan lain-lain), wisata religius (Gua Maria Lourdes, Gereja tua Nualain), wisata kuliner (aneka makanan tradisional) dan wisata belanja (aneka kerajinan).
Keindahan alam dan posisi strategis ini telah menarik minat untuk dieksplorasi. Atambua dan daerah sekitarnya di Kabupaten Belu perrnah menjadi lokasi syuting beberapa film nasional dari sineas handal Indonesia yaitu : Tanah Air Beta tahun 20210 (Ari Sihasale); Atambua 390 Celcius tahun 2012 (Riri Reza) dan Aisyah : Biarkan Kami Bersaudara tahun 2016 ( Herwin Novianto).
Nama Atambua berasal dari kata Ata yang
artinya Hamba dan Buan yang artinya Suangggi (orang yang
memiliki ilmu hitam).
Atambua artinya tempat hamba -
hamba suanggi. Tempat
ini dipergunakan para raja sebagai
tempat pembuangan para
suanggi yang
mengganggu masyarakat. Dalam perkembangannya nama Atabuan menjadi Atambua sampai
sekarang. Kota Atambua saat ini memiliki luas 56.18 km² atau 56.180 Ha yang membentang sejauh kurang lebih 8,5 km dari
Utara (Haliwen) ke Selatan (Motabuik) dan sekitar 5 km dari Timur
(Fatubenao) ke Barat (Umanen). Terdiri dari 3
kecamatan dan 12 kelurahan serta dihuni
sekitar 82.125 penduduk (BPS Belu,2022).
Rencana Kepariwisataan Kabupaten Belu
Perda Kabupaten Belu Nomor 3 tahun 2022 tentang
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2023-2026 telah menarasikan rencana pembangunan pariwisata
melalui pemanfaatan daya
tarik wisata
(DTW) di
Kabupaten Belu yang berjumlah 134 DTW yang terdiri
dari 44 DTW alam, 76 DTW budaya dan 24 DTW Buatan.
Arahan struktur perwilayahan pembangunan pariwisata di Kabupaten Belu terdiri dari 4 Kawasan Pembangunan Pariwisata (KPP) yaitu KPP Motaain dan Sekitarnya, KPP Kota Atambua dan Sekitarnya , KPP Fulan Fehan dan sekitarnya dan KPP Mandeu dan sekitarnya. Kota Atambua menjadi salah satu kawasan pengembangan pariwisata yang artinya Kota Atambua dipersiapkan untuk menjadi destinasi wisata kota dan pada akhirnya jika pengembangan berjalan baik dapat menjadi kota wisata.
Lebih lanjut, pengembangan pariwisata di Kota Atambua dan sekitarnya terdiri dari 4 Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) yaitu KSP Bendungan Haekrit dan sekitarnya dengan daya tarik wisata unggulan adalah Embung Haekrit, Embung Sirani dan Kampung Adat Takirin. KSP Perkampungan Adat Matabesi dan sekitarnya dengan Kampung Adat Matabesi sebagai daya tarik wisata unggulan, KSP Haliwen dan sekitarnya dengan daya tarik wisata unggulan antara lain Stadion Haliwen dan Kampung Adat Fatuketi dan KSP Tasifeto dan sekitarnya dengan daya tarik wisata unggulan adalah Kuburan Raja Bauho.
Komponen Pariwisata Kota Atambua
Terdapat 4 (empat) komponen yang harus
dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata wisata, yaitu: attraction,
accessibility, amenity dan ancilliary (Cooper,dkk.1993). Sementara
untuk pembangunan kepariwisataan
di NTT, komponen
pariwisata dikembangkan menjadi 5 komponen yaitu Atraksi, Aksesibilitas,
Amenitas, Akomodasi dan Awarness. Tulisan ini akan memotret 3 komponen yaitu Atraksi, Amenitas dan
Akomodasi.
· Atraksi
Atambua memiliki daya tarik
wisata baik yang sudah ada maupun
potensi yang perlu dikembangkan baik budaya maupun buatan. Fasilitas taman kota merupakan salah
satu daya tarik wisata yang
ada seperti Taman Kota atau Alun-Alun Kota seluas 4 ha yang berada di Kawasan Simpang Lima
sekaligus menjadi ikon Kota Atambua. Di dalamnya ada berbagai fasilitas pendukung meliputi lapangan olahraga,
tempat pedagang kaki lima dan pusat jajan sehingga
mampu melayani beragam
fungsi dari rekrasi, olahraga, upacara, pameran
sampai pertunjukan musik dan seni. Taman lainnya adalah
Fornteira garden serta beberapa fasilitas olahraga seperti Stadion Haliwen, Stadion Atambua dan Kolam Renang Tirta di Atambua Selatan yang
selalu dimanfaatkan warga kota.
Fasilitas lainnya adalah Museum Foho Rai di Matabesi, Galeri Tenun Atambua. Kemudian untuk
kategori bangunan
bersejarah dan budaya ada Gereja Katedral St. Maria Imaculata dan Kampung Adat
Matabesi di Kelurahan Umanen. Ada Gua Maria Toro yang berada di Kecamatan Atambua Barat, untuk
wisata religi umat Katolik khususnya pada masa Paskah dan Bulan Maria (Mei dan
Oktober).
Untuk fasilitas wisata belanja dapat mengunjungi Pasar Tradisional Lolowa dan Atambua Plaza. Beberapa festival / event juga pernah dilakukan seperti Festival Budaya Timoresia yang selalu dilakukan di Lapangan Simpang Lima sekitar bulan Oktober. Atambua mempunyai berbagai makanan tradisional, seperti jagung bose, akan bilan, fehuk kuhus dan jagung bakar yang selalu hadir di Alun-Alun Kota Atambua. Event baik budaya yang pernah digelar dan event kuliner perlu rutin digelar lagi untuk menambah daya tarik wisata Kota Atambua.
Beberapa potensi daya tarik di Atambua yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata antara lain penataan kawasan hijau Kali / Sungai Talau dan Sungai Motabuik yang membelah Atambua di Kecamatan Kota Atambua dan Kecamatan Atambua Selatan, agar menjadi salah satu ruang terbuka hijau sekaligus menjadi ruang terbuka publik bagi warga kota. Penataan arsitektur kota melalui kehadiran arsitektur bangunan yang bernuansa lokal setempat, konservasi bangunan bersejarah yang menjadi saksi sejarah pertumbuhan kota Atambua dan juga kampung-kampung etnik / suku di Atambua dapat dikembangkan untuk menambah variasi daya tarik wisata kota.
· Amenitas
Sebagai ibukota kabupaten, Atambua telah
dibangun sejumlah infrastruktur dasar untuk melayani kebutuhan
utama warga kota seperti sarana air bersih, jaringan jalan, listrik dan
telekomunikasi, fasilitas pendidikan,
kesehatan
dan perdagangan. Kaitannya dengan pengembangan wisata kota, maka terdapat beberapa fasilitas
amenitas yang sudah ada seperti restoran / cafe seperti Expresso Resto, Circuit Resto,
Matahari Resto dan beberapa warung makan Jawa dan Padang dan lokal. Fasilitas
perbankan juga telah tersedia dengan kehadiran bank pemerintah
dan swasta serta tempat
penukaran uang atau money changer.
Untuk kebutuhan transportasi tersedia beberapa Stasion Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seperti SPBU Wekatimun, SPBU Motabuik dan SPBU Sesekoe. Pelayanan Kesehatan dapat ditangani di Rumah Sakit Umum Mgr. Gabriel Manek, RS Tentara dan RS Tito Husada. Fasilitas penunjang lainnya adalah ketersediaan agen perjalanan wisata seperti Timor Travel, Lintas Arung, Paradiso Travel dan Billy Travel. Untuk kebutuhan belanja dapat mengunjungi berbagai pasar dan swalayan yang cukup tersedia tersebar di semua bagian wilayah kota.
Untuk souvenir terdapat pada beberapa toko seperti Toko Manmean yang menjual oleh-oleh khas Belu dan juga Galeri Tenun Atambua yang sekaligus menjadi pusat informasi wisata. Pengembangan usaha kecil masyarakat sektor ekonomi kreatif untuk menghasilkan souvenir perlu didorong dan difasilitasi pemerintah kabupaten.
Kebutuhan listrik dan telekomukasi termasuk jaringan internet sudah tersedia dan yang diperlukan saat ini adalah peningkatan kualitasnya. Seperti kebutuhan listrik, disamping menambah kapasitas daya listrik dalam kota, PLN juga membangun PLTS komunal seperti PLTS Fotovoltaik 1 MWp di Atambua. Sesuai rencana, PLN akan terus memperkuat sistem kelistrikan Timor di wilayah perbatasan dengan membangun beberapa pembangkit listrik di Kupang, Timor dan Atambua yang kemudian dihubungkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berdaya 150 kV.
·
Akomodasi
Ketersediaan fasilitas akomodasi berupa hotel, losmen dan bentuk
penginapan lainnya
sangat penting
untuk menunjang aktivitas wisatawan yang berkunjung ke Kota Atambua. Untuk
hotel tercatat beberapa hotel yang cukup baik sekitar 10 hotel seperti Hotel Matahari, Hotel Kingstar,
Hotel Nusantara II, Hotel Timor dan
Hotel Paradio. Juga terdapat beberapa home stay modern yang mulai tumbuh
seperti Nadira Homestay & Premium Village di Atambua Barat.
Untuk pengembangan ke depan, perlu ada hotel yang dapat melaksanakan kegiatan pertemuan untuk skala yang besar atau membangun sebuah fasilitas pertemuan yang multi fungsi seperti convention hall yang dapat dipakai untuk pertemuan, pameran, pertunjukan dan kegiatan olahraga.
Dengan berbagai fasilitas, lokasi yang strategis dan potensi yang ada maka Kota Atambua dapat dikembangkan menjadi Wisata Kota Perbatasan untuk melayani kegiatan wisata dan rekreasi warga kotanya dan wisatawan / pengunjung. Kota Atambua memainkan dua fungsi dalam industri pariwisata yaitu sebagai tempat transit wisatawan / pengunjung yang akan menikmati daya tarik wisata dan destinasi wisata yang ada di kabupaten Belu. Dukungan akses yang dimiliki adalah Bandara Udara A.A. Bere Tallo dan terminal kota untuk transportasi darat. Sementara untuk transportasi laut, Atambua dapat dicapai melalui 2 pelabuhan yaitu pelabuhan untuk penumpang di Teluk Gurita dan pelabuhan khusus barang di Atapupu.
Fungsi kedua adalah sebagai destinasi wisata kota dengan kehadiran 3 komponen pariwisata yaitu atraksi dengan berbagai daya yarik wisata yang sudah disebutkan diatas dan didukung dengan Amenitas dan Akomodasi. Masalah utama yang perlu dibenahi adalah cakupan layanan ketersediaan air bersih untuk warga kota dan persampahan yang menyangkut kebersihan kota. Ini akan mempengaruhi image kota Atambua khususnya dari wisatawan/pengunjung yang datang.
*fungsional perencana madya bidang spasial Dinas
Parekraf NTT dan anggota IAI Provinsi NTT
Referensi
:
1. Amazing Atambua Kabupaten Belu. Dinas Pariwisata Belu , Jl. Soekarno
Hatta 28 Atambua
2. Laporan Akhir RTBL Kota Atambua. Kecamatan Kota Atambua TA 2014. Ditjen
Cipta Karya
3. Perda Kabupaten Belu Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ripparda Belu 2023-2026
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555