Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Card image
Diposting oleh - Dinas Parekraf Provinsi NTT, Pada 18 July 2023

Potret  Komponen  Pariwisata  Kota  Atambua

Untuk Mengembangkan  Wisata Kota Perbatasan

 Paul J. Andjelicus*

    Pengembangan pariwisata kota merupakan salah satu sektor pembangunan yang potensial dan  jika dikembangkan dengan baik akan memberikan nilai tambah termasuk pendapatan ekonomi  bagi kota itu sendiri dan negara. Kota – kota di NTT khususnya ibukota kabupaten dan Kota Kupang selama ini telah memainkan peran penting dalam industri pariwisata di NTT sebagai tempat transit bagi wisatawan dalam mengunjungi berbagai daya tarik wisata yang tersebar di berbagai wilayah kabupaten. Dalam perkembanganya,  kota tidak hanya sebagai tempat transit namun juga sebagai destinasi wisata dan  menjadi salah satu upaya untuk pengembangan kota yang berkelanjutan. Kota sebagai destinasi wisata dibangun dan dikembangkan agar warga kota juga mempunyai tempat rekreasi dan berwisata dan tidak hanya untuk wisatawan atau pengunjung.

    Kota Atambua merupakan Ibukota Kabupaten Belu dan merupakan  daerah  yang berbatasan langsung dengan Negara Republik Demokratik Timor Leste. Atambua  merupakan salah satu akses  menuju Timor Leste melalui perbatasan Motaain (sekitar 30 KM atau setengah jam berkendaraan dari Atambua). Waktu perjalaman dari Atambua  menuju Kota Dilli, Ibukota negara Timor Leste, sekitar 7-9 jam dengan menggunakan transportasi umum seperti bis.

    Posisi  strategis ini memberikan peluang dan potensi yang sangat besar untuk pengembangan dan pertumbuhan Kabupaten Belu dan Kota Atambua sendiri. Sebagai kota perbatasan dengan negara lain, maka dukungan pemerintah pusat sangat  besar dalam mendukung Kabupaten Belu dan Kota Atambua sebagai Jendela Negara.

    Dalam RTRW NTT 2011-2030, Kota Atambua bersama Kota Kefamenanu dan Kota Kalabahi ditetapkan menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN). Atambua menjadi pendorong pusat pelayanan penyangga dan pintu gerbang di Provinsi NTT. Sebagai pusat perkotaan dan juga menjadi simpul utama ekspor impor ke negara tetangga Timor Leste.  Atambua merupakan salah satu pusat pelayanan utama dalam konsepsi sistem pusat pelayanan di Kawasan Perbatasan Negara Provinsi Nusa Tenggara Timur.

   Posisi yang strategis ini juga dapat  dimanfaatkan untuk mengembangkan sektor  pariwisata di Kabupaten Belu dengan Kota Atambua sebagai destinasi wisata kota dan tempat transit pengunjung dan wisatawan.  Selain wisatawan nusantara  juga wisatawan mancanegara dari Timor Leste. Beberapa  daya tarik wisata di Kabupaten Belu sangat beragam seperti daya tarik  wisata alam dan bahari (Kolam Susuk, pantai Oefuik, pantai Pasir Putih, Fulan Fehan), wisata budaya (tempat upacara, makam, benteng, gua alam, tari tradisional dan lain-lain), wisata religius  (Gua Maria Lourdes, Gereja tua Nualain), wisata kuliner (aneka makanan tradisional) dan wisata belanja (aneka kerajinan).

   Keindahan alam dan posisi strategis ini telah menarik minat untuk dieksplorasi. Atambua dan daerah sekitarnya di Kabupaten Belu perrnah menjadi lokasi syuting beberapa film nasional dari sineas handal Indonesia yaitu : Tanah Air Beta tahun 20210 (Ari Sihasale);  Atambua 390 Celcius  tahun 2012 (Riri Reza) dan  Aisyah : Biarkan Kami Bersaudara tahun 2016 ( Herwin Novianto).

   Nama Atambua berasal dari kata Ata yang artinya Hamba dan Buan yang artinya Suangggi (orang yang memiliki ilmu hitam). Atambua artinya tempat hamba - hamba suanggi. Tempat ini  dipergunakan para raja sebagai tempat pembuangan para suanggi yang mengganggu masyarakat. Dalam perkembangannya nama Atabuan menjadi Atambua sampai sekarang. Kota Atambua saat ini  memiliki luas 56.18 km² atau 56.180 Ha  yang membentang sejauh kurang lebih 8,5 km dari Utara (Haliwen) ke Selatan (Motabuik) dan sekitar 5 km dari Timur (Fatubenao) ke Barat (Umanen). Terdiri dari  3 kecamatan dan 12 kelurahan serta  dihuni sekitar 82.125  penduduk (BPS Belu,2022).

Rencana Kepariwisataan Kabupaten Belu

   Perda Kabupaten Belu Nomor 3 tahun 2022 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah Tahun 2023-2026 telah menarasikan rencana pembangunan pariwisata melalui pemanfaatan daya tarik wisata (DTW) di Kabupaten Belu yang berjumlah  134 DTW yang terdiri dari 44 DTW alam,  76 DTW budaya dan 24 DTW Buatan.

   Arahan struktur perwilayahan pembangunan  pariwisata di Kabupaten Belu terdiri dari 4 Kawasan Pembangunan Pariwisata (KPP) yaitu KPP Motaain dan Sekitarnya, KPP Kota Atambua dan Sekitarnya , KPP Fulan Fehan dan sekitarnya dan KPP Mandeu dan sekitarnya. Kota Atambua menjadi salah satu kawasan pengembangan pariwisata yang artinya Kota Atambua dipersiapkan untuk menjadi destinasi wisata kota dan pada akhirnya jika pengembangan berjalan baik dapat menjadi kota wisata.

   Lebih lanjut, pengembangan pariwisata di  Kota Atambua dan sekitarnya terdiri dari 4 Kawasan Strategis Pariwisata (KSP) yaitu KSP Bendungan Haekrit dan sekitarnya dengan daya tarik wisata unggulan adalah Embung Haekrit, Embung Sirani dan Kampung Adat Takirin. KSP  Perkampungan Adat Matabesi dan sekitarnya dengan Kampung Adat Matabesi sebagai daya tarik wisata unggulan, KSP Haliwen dan sekitarnya dengan daya tarik wisata unggulan antara lain Stadion Haliwen dan Kampung Adat Fatuketi dan KSP Tasifeto dan sekitarnya dengan daya tarik wisata unggulan adalah Kuburan Raja Bauho.

  

Komponen  Pariwisata Kota Atambua

   Terdapat 4 (empat) komponen yang harus dimiliki oleh sebuah daya tarik wisata wisata, yaitu: attraction, accessibility, amenity dan ancilliary (Cooper,dkk.1993). Sementara untuk pembangunan kepariwisataan di NTT, komponen pariwisata dikembangkan menjadi 5 komponen yaitu Atraksi, Aksesibilitas, Amenitas, Akomodasi dan Awarness. Tulisan ini akan memotret 3 komponen yaitu Atraksi, Amenitas dan Akomodasi.

 ·         Atraksi

Atambua memiliki   daya tarik wisata  baik yang sudah ada maupun potensi yang perlu dikembangkan baik budaya maupun buatan. Fasilitas taman kota merupakan salah satu daya tarik wisata yang ada seperti Taman Kota atau Alun-Alun Kota  seluas 4 ha yang berada di Kawasan Simpang Lima sekaligus  menjadi ikon Kota Atambua. Di dalamnya ada berbagai fasilitas pendukung meliputi lapangan olahraga, tempat pedagang kaki lima dan pusat jajan sehingga mampu melayani beragam fungsi dari rekrasi, olahraga, upacara, pameran sampai  pertunjukan musik dan seni. Taman lainnya adalah Fornteira garden serta beberapa fasilitas olahraga seperti Stadion Haliwen, Stadion Atambua dan Kolam Renang Tirta di Atambua Selatan yang selalu dimanfaatkan warga kota.

Fasilitas lainnya adalah Museum Foho Rai di Matabesi, Galeri Tenun Atambua. Kemudian untuk kategori bangunan bersejarah dan budaya ada Gereja Katedral St. Maria Imaculata dan Kampung Adat Matabesi di Kelurahan Umanen. Ada  Gua Maria Toro yang  berada di Kecamatan Atambua Barat, untuk wisata religi umat Katolik khususnya pada masa Paskah dan Bulan Maria (Mei dan Oktober).

Untuk fasilitas wisata belanja dapat mengunjungi Pasar Tradisional Lolowa dan Atambua Plaza. Beberapa festival / event juga pernah dilakukan seperti Festival Budaya Timoresia yang selalu dilakukan di Lapangan Simpang Lima sekitar bulan Oktober.  Atambua  mempunyai berbagai makanan tradisional, seperti jagung bose, akan bilan, fehuk kuhus  dan jagung bakar yang selalu hadir di Alun-Alun Kota Atambua. Event  baik budaya yang pernah digelar dan event kuliner perlu rutin digelar lagi untuk menambah daya tarik wisata Kota Atambua.

Beberapa potensi  daya tarik di  Atambua yang dapat dikembangkan menjadi daya tarik wisata antara lain penataan kawasan hijau Kali / Sungai Talau dan Sungai Motabuik yang membelah Atambua di Kecamatan Kota Atambua dan Kecamatan Atambua Selatan, agar menjadi salah satu ruang terbuka hijau sekaligus menjadi ruang terbuka publik bagi warga kota. Penataan arsitektur kota melalui kehadiran arsitektur bangunan yang bernuansa lokal setempat, konservasi bangunan bersejarah yang menjadi saksi sejarah pertumbuhan kota Atambua dan juga kampung-kampung etnik / suku di Atambua dapat dikembangkan untuk menambah variasi daya tarik wisata kota.

 

 ·        Amenitas

Sebagai  ibukota kabupaten, Atambua telah dibangun sejumlah  infrastruktur dasar untuk melayani kebutuhan utama warga kota seperti sarana air bersih, jaringan jalan, listrik dan telekomunikasi, fasilitas pendidikan, kesehatan dan perdagangan. Kaitannya dengan pengembangan wisata kota, maka terdapat beberapa fasilitas amenitas yang sudah ada seperti restoran / cafe  seperti Expresso Resto, Circuit Resto, Matahari Resto dan beberapa warung makan Jawa dan Padang dan lokal. Fasilitas perbankan juga telah tersedia dengan kehadiran bank pemerintah dan swasta serta tempat penukaran uang atau money changer.

Untuk kebutuhan transportasi tersedia beberapa Stasion Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) seperti SPBU Wekatimun, SPBU Motabuik dan SPBU Sesekoe. Pelayanan Kesehatan dapat ditangani di Rumah Sakit Umum Mgr. Gabriel Manek, RS Tentara  dan RS Tito Husada. Fasilitas penunjang lainnya adalah ketersediaan agen perjalanan wisata seperti  Timor Travel, Lintas Arung, Paradiso Travel dan Billy Travel. Untuk kebutuhan belanja dapat mengunjungi berbagai pasar dan swalayan yang cukup tersedia tersebar di semua bagian wilayah kota.

Untuk souvenir terdapat pada beberapa toko  seperti Toko Manmean yang menjual oleh-oleh khas Belu dan juga Galeri Tenun Atambua  yang sekaligus menjadi  pusat informasi wisata.  Pengembangan usaha kecil masyarakat sektor ekonomi kreatif untuk menghasilkan souvenir perlu didorong dan difasilitasi pemerintah kabupaten.

Kebutuhan listrik dan telekomukasi termasuk jaringan internet  sudah tersedia dan yang diperlukan saat ini adalah peningkatan kualitasnya. Seperti kebutuhan listrik, disamping menambah kapasitas daya listrik dalam kota, PLN juga membangun PLTS komunal seperti PLTS Fotovoltaik 1 MWp di Atambua. Sesuai rencana, PLN akan terus memperkuat sistem kelistrikan Timor di wilayah perbatasan dengan membangun beberapa pembangkit listrik di Kupang, Timor dan Atambua yang kemudian dihubungkan melalui Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) berdaya 150 kV.

  

·         Akomodasi

Ketersediaan  fasilitas akomodasi berupa hotel, losmen dan bentuk penginapan lainnya sangat penting untuk menunjang aktivitas wisatawan yang berkunjung ke Kota Atambua. Untuk hotel tercatat beberapa hotel yang cukup baik sekitar 10 hotel seperti Hotel Matahari, Hotel Kingstar, Hotel Nusantara II, Hotel Timor  dan Hotel Paradio. Juga terdapat beberapa home stay modern yang mulai tumbuh seperti Nadira Homestay & Premium Village di Atambua Barat.

Untuk pengembangan ke depan, perlu ada  hotel yang dapat melaksanakan kegiatan pertemuan untuk skala yang besar atau membangun sebuah fasilitas pertemuan yang multi fungsi seperti convention hall yang dapat dipakai untuk pertemuan, pameran, pertunjukan dan kegiatan olahraga.

 

    Dengan berbagai  fasilitas, lokasi yang strategis dan potensi yang ada maka  Kota Atambua dapat dikembangkan menjadi  Wisata Kota Perbatasan untuk melayani kegiatan wisata dan rekreasi warga kotanya dan wisatawan / pengunjung. Kota Atambua memainkan dua fungsi dalam industri pariwisata yaitu sebagai tempat transit wisatawan / pengunjung yang akan menikmati daya tarik wisata dan destinasi wisata yang ada di kabupaten Belu. Dukungan akses yang dimiliki adalah Bandara Udara A.A. Bere Tallo dan terminal kota untuk transportasi darat. Sementara untuk transportasi laut, Atambua dapat dicapai melalui  2 pelabuhan yaitu pelabuhan untuk penumpang di Teluk Gurita dan pelabuhan khusus barang di Atapupu.

    Fungsi kedua adalah sebagai destinasi wisata kota dengan kehadiran 3 komponen pariwisata yaitu atraksi  dengan berbagai  daya yarik wisata yang sudah disebutkan diatas dan didukung dengan Amenitas dan Akomodasi. Masalah utama yang perlu dibenahi adalah cakupan layanan ketersediaan air bersih untuk warga kota dan  persampahan yang menyangkut kebersihan kota. Ini akan mempengaruhi image kota Atambua khususnya dari wisatawan/pengunjung yang datang. 

*fungsional perencana madya bidang spasial Dinas Parekraf NTT dan anggota IAI Provinsi NTT

Referensi :

1.     Amazing Atambua Kabupaten Belu. Dinas Pariwisata Belu , Jl. Soekarno Hatta 28 Atambua

2.     Laporan Akhir RTBL Kota Atambua. Kecamatan Kota Atambua TA 2014. Ditjen Cipta Karya

3.     Perda Kabupaten Belu Nomor 3 Tahun 2022 tentang Ripparda Belu 2023-2026



Artikel Lainnya


PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA

MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE

Kota Kreatif

Lomba Geowisata Goes to School

URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)

PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT

Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024

Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata

Menulis Buku Bagi ASN Perencana

Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory

Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang

Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia

Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide

SALAM GEOWISATA

TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?

DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT

RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA

PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026

BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023

MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN

SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK

DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023

BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II

PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH

Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA

Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia

Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat

PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT

PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA

Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT

PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG

DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG

EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA

MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK

Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT

BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI

Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional

Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka

Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)

FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO

Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE

Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya

Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022

JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN

WELCOME LABUAN BAJO

Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN

KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA

AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022

Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs

KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG

Kampung Seni Flobamorata Kupang

Lasiana Beach

KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?

Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT

Standar Pelayanan Publik

Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT

DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES

IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR

Wisata Aman Bencana di NTT

Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi

KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022

Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023

Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas

RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF

RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022

SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023

Buku Database 2021

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE

Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata

Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)

WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR

DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA

Outlook Parekraf 2022

Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang

PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA

Semauku Indah

MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG

WISATA KOTA, KOTA WISATA

NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai

KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF

PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !

Regional Calender Tourism Events 2022

RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT

KENYAMANAN RUANG HOMESTAY

SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE

MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO

KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT

Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang

PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI

DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?

Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao

Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT

MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA

Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata

Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT

PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA

Catatan Perjalanan ke Liman

Wisata Langit Gelap “Lelogama”

TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI

Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT

Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya

Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur

Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT

Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT

Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT

Kunjungan Bupati Malaka

Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana

Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT

Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende

Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur

Literasi Kabupaten Alor

Literasi Lamalera

Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)

MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO

EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM

Tourism Event 2022

WORKSHOP ARSITEK

DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT

MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG

DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT

Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles

Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang

Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT

Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT

FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025

Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT

Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo

Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT

Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota

Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik

Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi


MEDIA SOSIAL DAN KONTAK


| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT


Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555