DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN
DI NTT
Paul J. Andjelicus
Perencana
madya bidang spasial Dinas Parekraf NTT
Rapat Koordinasi
(Rakor) Kementerian Parekraf telah dilakukan 16 Desember 2022 lalu dengan tema
Transformasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif yang Inklusif dan Berkelanjutan.
Isu – isu yang dibahas untuk agenda pembangunan
kepariwisataan dan ekonomi kreatif nasional
di tahun 2023 adalah keberlanjutan, daya saing, nilai tambah,
digitalisasi dan produktivitas.
Pandemi Covid-19
mulai berangsur hilang dan tahun 2022 industri pariwisata mulai bangkit kembali.
Namun tantangan tetap ada dan patut diwaspadai. Upaya pemulihan industri pariwisata akibat
dampak Pandemi Covid-19 masih terus dilakukan. Kemudian situasi politik dan ekonomi
dunia seperti perang Rusia dan Ukraina dan gejolak ekonomi dunia masih tetap
menghantui yang dapat sewaktu-waktu mempengaruhi industri pariwisata yang mudah
rentan.
Salah satu
materi pembahasan dalam rakor tersebut adalah upaya mencari strategi menghadirkan destinasi wisata
yang berkualitas, resilient dan berkelanjutan dengan memperhatikan sumber daya
alam, manusia dan budaya yang akan
menjadi arah pengembangan destinasi pariwisata Indonesia ke depan.
Terkait
pengembangan destinasi wisata berkelanjutan yang diharapkan mampu bersaing dan menarik minat wisatawan
sekaligus mewujudkan ketiga hal tersebut diatas, maka terdapat 5 (lima) strategi yang ditawarkan dalam sesi diskusi rakor.
Kelima strategi ini menurut penulis sangat relevan untuk diterapkan di NTT yang
memiliki daya tarik wisata dan atau destinasi cukup banyak, yaitu sekitar 1.582 Daya
Tarik Wisata (DTW) dengan kekuatan pada daya tarik wisata alam dan budaya
(Dinas Parekraf NTT, 2022).
1. Pembangunan
Destinasi Wisata sesuai Perwilayahan (spasial) dan Tematik
Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) NTT 2010-2030 telah
merumuskan pembangunan pariwisata secara perwilayahan dan tematik. Secara perwilayahan atau kluster dibagi dalam 4 (empat) kluster dan
setiap kluster dengan tematiknya sesuai potensi.
· Kluster 1 (Timor, Alor, Rote, Sabu): Pengembangan wisata kepulauan yang bertumpu pada keindahan pantai dan wisata minat khusus;
· Kluster 2 (Flores Bagian Barat): Konsep pulau penuh pesona yang bertumpu pada Komodo dan peninggalan budaya masyarakat;
· Kluster 3 (Flores Bagian Timur): Konsep pengembangan ekowisata yang bertumpu pada Danau Kelimutu dan atraksi budaya lokal;
·
Kluster 4 (Sumba): Konsep pengembangan budaya lokal yang bertumpu pada budaya megalitik dan
ritual adat.
Kemudian dalam Rencana Induk Pariwisata Daerah (RIPPARDA)
Provinsi NTT 2015-2025 juga sudah
ditindaklanjuti dengan perwilayahan secara makro (dalam bentuk Destinasi
Pariwisata Provinsi/DPP dan Kawasan Pengembangan Pariwisata Provinsi /KPPP) dan
mikro (dalam bentuk Kawasan Strategis Pariwisata Provinsi/KSPP). Tantangan yang
dihadapi saat ini adalah tidak ada
dokumen perencanaan turunan yang disusun baik pada tingkatan DPP sampai
KSPP dengan berbagai alasan. Salah
satunya dan yang utama adalah keterbatasan anggaran. Dokumen perencananan yang sudah disusun pun tidak
menjamin dijadikan referensi untuk pengembangan destinasi wisata.
Perencanaan destinasi wisata yang dilakukan selama ini adalah menyusun Rencana Induk Destinasi Wisata / Tapak Daya Tarik Wisata dan atau langsung pada desain perencanaan teknis fasilitas atau DED. Perencanaan pada tingkat ini tidak ada sangkut pautnya atau tidak membahas keterkaitan dengan kawasan sekitar, destinasi wisata yang ada di sekitar, tematik kawasan wisata dan rencana pengembangan kawasan secara keseluruhan. Terdapat gap / kesenjangan perencanaan yang besar antara arahan perwilayahan RIPPARDA Provinsi NTT dan desain teknisnya.
Solusi yang ditawarkan adalah menyusun rencana sesuai arahan perwilayahan dalam RIPPARDA Provinsi NTT dalam bentuk Rencana Makro untuk 5 (lima) DPP sebagai arah dan pedoman untuk penyusunan rencana mikro dalam bentuk Rencana Induk Destinasi Wisata yang ada di setiap DPP. Sekaligus referensi bagi penyusunan RIPPARDA Kabupaten/Kota.
2. Manajemen
Destinasi Wisata
Pada
bagian ini kesiapan SDM menjadi kunci untuk melaksanakan pengelolaan destinasi
yang baik dan berkualitas. Kesiapan SDM parekraf khususnya masyarakat yang ada di sekitar lokasi destinasi wisata
masih menjadi kendala utama di NTT. Berbagai upaya terus dilakukan dengan
bantuan berbagai pihak. Untuk memudahkan manajemen pengelolaan, perlu dilakukan analisis tipologi terhadap destinasi
wisata yang ada di NTT sehingga perlu disusun peta potensi atau database destinasi wisata yang dikelompokkan
dalam berbagai tematik sesuai potensi tersebut. Analisis yang dipakai
berdasarkan lokasi geografis, potensi dan keunikan daya tarik wisata yang
dimiliki serta kelengkapan komponen 5 A Pariwisata yang dimiliki.
3. Dukungan
Infrastruktur
Salah satu
masalah dalam pembangunan pariwisata adalah dukungan aksesibilitas ke lokasi wisata. NTT sebagai provinsi
kepulauan dengan destinasi wisata yang tersebar di 22 kabupaten/kota butuh
dukungan aksesibilitas baik darat, laut maupun udara. Dukungan aksesibilitas
melalui transportasi laut yang menghubungkan berbagai pulau yang masih sangat terbatas.
Sementara untuk jalur udara, hanya Kupang dan Labuan Bajo yang menjadi pintu
masuk dari provinsi lain. Hal ini tentu membuat biaya transportasi untuk
berwisata ke NTT menjadi tinggi dan mengurangi daya saing destinasi wisata di
NTT.
Strategi yang perlu dilakukan adalah meningkatkan jalur transportasi laut dengan pembukaan rute baru dan meningkatkan frekuensi pelayaran untuk rute yang sudah ada. Selanjutnya memantapkan infrastruktur transportasi darat di Timor, Flores dan Sumba yang menjangkau semua kawasan yang ada di setiap kabupaten. Sehingga dapat disusun paket perjalanan wisata yang dapat menarik minat wisatawan. Sementara untuk transportasi udara, pada tahap awal adalah peningkatan frekuensi penerbangan dari dan keluar NTT. Sehingga dapat disusun paket perjalanan wisata yang dapat menarik minat wisatawan. Sementara untuk transportasi udara, pada tahap awal adalah peningkatan frekuensi penerbangan dari dan keluar NTT.
Sehingga dapat disusun paket perjalanan wisata yang dapat menarik minat wisatawan. Sementara untuk transportasi udara, pada tahap awal adalah peningkatan frekuensi penerbangan dari dan keluar NTT.
4. Optimalisasi
Pengembangan Kawasan dengan Destinasi Wisata yang Dikembangkan
Pengembangan destinasi wisata di NTT dapat dilakukan dan
sinergis dengan pengembangan kawasan seperti dukungan untuk Kawasan Strategis yang
ada seperti KSPN Labuan Bajo dengan Komodo di TN Komodo sebagai daya tarik
utama, Pengembangan Kawasan Perbatasan di Pulau Timor, Alor dan Rote Nado dengan
beberapa destinasi wisata yang ada seperti Pantai Nembrala dan Kawasan Mulut
Seribu (Rote), Pantai Tanjung Bastian (TTU) dan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain (Belu).
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Golomori yang pernah digagas dan saat ini dikembangkan menjadi Kawasan Pariwisata MICE sebagai bagian dari KSPN Labuan Bajo. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Mbay yang dulu pernah direncanakan dengan deliniasi kawasanya terdapat beberapa daya tarik wisata seperti Kampung Tradisional Kawa dan pantai Kota Jogo. Pengembangan Desa Wisata sebagai bagian dari pengembangan kawasan pedesaan. Perlu dilakukan pemetaan kembali desa-desa wisata yang ada di NTT yang sudah mencapai 503 (Dinas Parekraf NTT,2022), agar diperoleh data desa wisata yang masuk kategori desa wisata rintisan, berkembang, maju dan mandiri.
Pengembangan kota juga didorong karena kota sebagai ibukota kabupaten menjadi pintu gerbang dan tempat transit bagi wisatawan sebelum mengunjungi beberapa daya tarik wisata dan destinasi wisata yang ada di kabupaten tersebut. Kota dapat dijadikan destinasi wisata dengan mengembangkan potensi yang dimiliki seperti daya tarik wisata buatan, event / festival kota dan industri ekonomi kreatif yang ada di kota.
5. Pemberdayaan
Masyarakat dan UMK di Destinasi Wisata
Industri ekonomi kreatif di NTT yang sudah berkembang dengan baik adalah produk ekraf yang berasa dari sub sektor kuliner, kriya dan fashion. Tercatat sekitar 3772 pelaku usaha sub sektor industri kreatif di NTT sesuai database yang dihimpun Dinas Parekraf NTT tahun 2022. Ini memberikan dampak dan potensi pada kebangkitan ekonomi dan terbukanya lapangan kerja. Penguatan pelaku UMK merupakan salah satu strategi pemberdayaan masyarakat agar produk yang dihasilkan mempunyai kualitas dan daya saing untuk menembus berbagai tingkatan pasar minimal pasar nasional. Bentuk penguatan tersebut antara lain standarisasi kualitas produk, sertifikasi produk dan usaha serta branding agar dapat menjangkau pasar yang lebih luas. Khususnya masyarakat di destinasi wisata didorong dan difasilitasi untuk menjadi pelaku usaha ekraf tanpa meninggalkan pekerjaan pokok sesuai potensi yang dimiliki kawasan atau desa tersebut.
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555