PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
Paul J. Andjelicus
Kawasan Lelogama yang terletak di Kecamatan Amfoang Selatan dan Amfoang Tengah Kabupaten Kupang dalam 5 tahun terakhir mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal ini karena pada tahun 2015, pemerintah membangun kawasan ini menjadi lokasi pembangunan Observatorium Nasional (ObNas) yang baru menggantikan Observatorium Boscha di Lembang Bandung. Mulai proses pembangunan sejak tahun 2017, lokasi ObNas yang berada di Hutan Lindung Gunung Timau (masuk desa Bitobe Kecamatan Amfoang Tengah) dan juga Kawasan sekitarnya seperti Kelurahan Lelogama dan desa terdekat yang berdekatan dengan lokasi ObNas mulai semakin dikenal luas dan mengundang banyak perhatian khususnya pecinta astronomi baik nasional maupun internasional.
Kawasan Lelogama telah menjadi salah satu tempat wisata alam dengan keindahan alamnya dan tentunya dengan kehadiran ObNas akan menjadi magnet yang luar biasa. Untuk mendukung hal tersebut berbagai pembangunan sudah mulai dilakukan khususnya pembangunan jaringan jalan untuk membuka isolasi di kawasan Amfoang. Kegiatan pembangunan berbagai infrastruktur pendukung dan rencana pembangunan kawasan wisata di kawasan ini terus dipersiapkan.
Kesaksian Kawasan wisata di Lelogama perlu terintegrasi dengan upaya melindungi ObNas Timau agar dapat berfungsi dengan baik selama 50 tahun ke depan. Syarat bersihnya langit sekitarnya dari polusi cahaya, udara dan gangguan frekuensi radio menjadi target utama. Rencana pengembangan kawasan wisata di sekitar ObNas Timau perlu dilakukan dengan memperhatikan semua unsur baik fisik maupun non fisik.
Tulisan ini merupakan sumbangan-sumbangan gagasan untuk mengembangkan kawasan wisata Lelogama dengan tematik Wisata Astronomi sebagai penunjang keberadaan dan fungsi ObNas Timau agar mampu beroperasi sesuai tujuan dan ikut berkontribusi mengembangkan kegiatan pembangunan khususnya sektor pariwisata yang bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat sekitar.
Potensi Daya Tarik Wisata
Kawasan Lelogama memiliki beberapa obyek daya tarik wisata yang sudah ada khususnya di bagian Selatan kawasan. Ada Bukit Lelogama atau Bukit Teletubies dan Batu Basusun di Kelurahan Lelogama. Kemudian ada air terjun Lelogama, air panas Belerang, Bukit Lulan, Cek Dam Fatumonas, Padang Savana, Kawasan Hutan Lindung Timau dan juga puncak gunung Timau dengan ketinggian 1.300 mdpl.
Aksesibilitas untuk mencapai Kawasan Lelogama sangatlah mudah. Ini menjadi salah satu kekuatan dan daya tarik untuk menghadirkan pengunjung. Cukup 3 jam perjalanan darat dari Kupang sudah dapat mencapai sampai Kawasan Lelogama dengan jaringan jalan yang baik dan diterima Bukit Lelogama atau yang sering disebut Bukit Teletubis. Bukit ini menjadi titik/starting point untuk menjelajahi beberapa daya tarik wisata lainnya. Sementara untuk menuju ke kawasan ObNas Timau hanya berjarak sekitar 20 km dari Kelurahan Lelogama dapat ditempuh dengan kendaraan selama 20 menit karena infrastruktur jalan yang baik.
Fasilitas akomodasi dan fasilitas lainnya masih terbatas khususnya warung atau resto yang menyediakan minuman hangat dan makanan khas lokal setempat. Ini menjadi potensi dan tantangan untuk dapat disiapkan secara kolaboratif baik oleh masyarakat maupun pemerintah mulai dari pemerintah desa setempat hingga kabupaten.
Kondisi Pemanfaatan Ruang
Pengembangan Kawasan wisata Lelogama tidak terlepas dari upaya untuk melindungi kawasan hutan dan juga keberadaaan tapak lokasi ObNas Timau yang masih dalam proses pembangunan. Identifikasi awal penggunaan ruang di sekitar tapak ObNas Timau berdasarkan hasil pengamatan peta google earth dan pengamatan lapangan diperoleh informasi sebagai berikut :
§ Tapak lokasi ObNas berada di wilayah Desa Bitobe Kecamatan Amfoang Tengah dan berada di Kawasan Hutan Lindung Timau dan berjarak sekitar 1,5 km dari puncak Gunung Timau.
§ Permukiman terdekat berada di Desa Bitobe sekitar 4 km (arah tenggara ObNas). Pertambahan penduduk dan kegiatan pembangunan di area bermain pada saat ini dan di masa depan akan mengubah kotoran wajah dan tentu saja berpotensi menimbulkan gangguan seperti polusi cahaya dan udara. Sementara untuk bagian kawasan lainnya dalam radius 5 km merupakan kawasan hutan lindung.
§ Pusat kecamatan Amfoang Tengah di Fatumonas berada pada radius sekitar 10 km dari tapak ObNas, sedangkan pusat Kecamatan Amfoang Selatan berada di Kelurahan Lelogama yang berada pada radius 11 km dari tapak ObNas.
§
Penyebaran lokasi wisata berada pada radius 6 – 20 km dari tapak ObNas dan terletak di wilayah Selatan sampai Timur.
Konsep Pengembangan
a. Arahan Spasial
b. Pengembangan Daya Tarik dan Pola Perjalanan Wisata
Pengembangan daya tarik wisata mengandalkan obyek wisata yang sudah ada dan pemandangan alam/view yang menarik khususnya view pemandangan yang diperoleh sepanjang jaringan jalan dari Kelurahan Lelogama menuju Desa Fatumonas. Sepanjang bagian kiri dan kanan jalan terbentang lanskap alam yang indah yang dihiasi bukit dan vegetasi dan zona langit. Para pengunjung biasanya memarkir kendaraannya di kiri dan kanan bahu jalan untuk menikmati pemandangan kawasan. Mulai dari bersantai, sesi foto / foto selfie dan lainnya.
Sampai saat ini belum disiapkan fasilitas untuk menunjang aktivitas ini. Perlu disiapkan fasilitas seperti rest area
dan parkir agar pengunjung dapat berwisata dengan baik dan kegiatan parkir tidak mengganggu akses jalan. Fasilitas lainnya yang cocok disiapkan adalah area camping atau camping ground. Fasilitas ini dapat direncanakan untuk digunakan di berbagai tempat atau direncanakan. Jika rumit tentu memerlukan ruang hamparan terbuka yang luas.
Dengan obyek daya tarik wisata yang terserap maka dapat dibuat pola perjalanan wisata yang dapat memberikan kesempatan pengunjung untuk eksplorasi alam. Mulai dari bagian selatan dengan obyek daya tarik wisata seperti Batu Basusun, Bukit Lelogama, Air terjun Lelogama dan ada Air Panas di Desa Oeh Naim unrtuk wisata air pemandian air panas. Sementara di bagian utara ada Cek Dam Fatumonas, Padang Savana dan juga Lokasi ObNas Timau. Pola wisata yang ada ini akan semakin lengkap jika Taman Wisata langit Gelap yang direncanakan pihak LAPAN (sekarang menjadi Badan Riset dan Inovasi Nasional atau BRIN) terwujud.
c.
Arsitektur Kawasan
Arsitektur Kawasan wisata Lelogama diperlukan untuk menguatkan potensi daya tarik kawasan wisata dan sebagai pembeda dengan tujuan wisata lainnya yang dapat dilakukan dengan penataan fasilitas dan arsitektur bangunan.
§ § Tata Letak Fasilitas
Pola perletakan fasilitas disusun mengikuti beberapa pertimbangan seperti bentuk dan topografi tapak, akses jaringan jalan, posisi utara selatan, posisi view terbaik. Perletakan juga dapat mengadopsi pola ruang bangunan tradisional yang ada yang untuk arsitektur Timor cenderung memusat dengan bangunan utama yang berada di tengah yang dikelilingi bangunan penunjang.
§ Arsitektur bangunan
Bentuk – bentuk arsitektur yang dapat ditampilkan digali dari bantuk lokal setempat seperti bangunan rumah tradisional khas berbentuk bulat atau yang disebut Ume Khubu. Kemudian bahan kayu lokal setempat, bebak, daun gewang, daun lontar dan batu.
§
Catatan Akhir
Kawasan Lelogama menjadi salah satu kawasan potensial untuk pengembangan wisata dengan keragaman daya tarik wisata yang ada dan didukung oleh infrastruktur kawasan yang sudah cukup lengkap. Kehadiran Observatorium Nasional (ObNas) Timau semakin memperkuat citra Kawasan Lelogama untuk menjadi Kawasan wisata unggulan khususnya pengembangan wisata tematik astronomi.
Daya tarik utama Kawasan Lelogama adalah ObNas Timau dengan kecerahan langit malam kawasan yang ditunjang dengan beberapa potensi daya tarik wisata lainnya seperti keindahan alam hutan Lindung Timau, Savana Padang, Batu Basusun, Bukit Lelogama/Teletubies, Air Terjun dan Air Panas Belerang.
Pengembangan Kawasan Wisata Lelogama perlu menyesuaikan dengan Rencana Pembangunan Taman Wisata Langit Gelap yang dilakukan BRIN dan menjadi kawasan penyangga Observatorium dalam melindungi daya tarik kawasan utama. Koordinasi dengan pihak BRIN perlu dilakukan untuk memperoleh gagasan perencanaan kawasan Wisata Langit Gelap tersebut. Revisi perencanaan ruang Kabupaten Kupang perlu segera diselesaikan untuk mengakomodir pengembangan Kawasan Lelogama sebagai kawasan strategis nasional ilmu pengetahuan dan teknologi dan pengembangan pariwisata tematik astronomi.
Pembangunan daya tarik wisata baru diarahkan untuk jenis wisata agrowisata atau ruang wisata luar ruangan (indoor) karena kondisi kawasan sangat mendukung dan tidak membutuhkan fasilitas terbangun yang besar dan banyak. Sementara untuk pembangunan infrastruktur penunjang wisata diarahkan pada zona penunjang atau pada radius lebih dari 10 km dari tapak ObNas, khususnya di Kelurahan Lelogama Kecamatan Amfoang Selatan dan Desa Fatumonas Kecamatan Amfoang Tengah.
Pembangunan kawasan wisata di sekitar ObNas Timau dapat dilakukan dan terintegrasi dengan upaya perlindungan kawasan hutan Lindung Timau dan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Bertolak dari hal tersebut perencanaan pembangunan pariwisata di Amfoang dengan adanya ObNas Timau di Kecamatan Amfoang Tengah perlu memperhatikan konsep Tri Partite Zone yaitu Zone Inti, Zona Penyangga dan Zona Penunjang. Hal ini karena lokasi ObNas Timau berada di Kawasan Hutan Lindung Timau dan perlu dijaga keberlangsungan operasional selama 50 tahun dengan memastikan kawasan sekitar ObNas bebas polusi cahaya dan partikel debu serta bebas dari gangguan frekuensi radio.
Penulis merupakan Perencana Madya Spasial Dinas Parekraf NTT
Anggota IAI Provinsi NTT
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555