Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Belajar dari Fenomena Citayam Fashion Week
Paul J. Andjelicus
Perencana Ahli Muda Disparekraf NTT
Anggota IAI Provinsi NTT
Fenomena Citayam Fashion Week di Kawasan Dukuh Atas Jakarta yang menggemparkan dan viral beberapa waktu lalu hingga saat ini menggambarkan kerinduan masyarakat untuk berekspresi. Area penyeberangan jalan yang sesungguhnya bukan menjadi ruang terbuka publik yang dipakai sebagai arena peragaan busana. Posisi Kawasan Dukuh Atas memang sangat strategis untuk menjadi ruang terbuka publik dan destinasi wisata yang menarik perhatian kawula muda dan masyarakat luas di Jakarta dan sekitarnya (Jabodetabek). Kawasan ini memenuhi sedikitnya 3 faktor yaitu kemudahan aksesibilitas dari berbagai penjuru kota dan luar kota, gratis dan memiliki pemandangan kawasan yang indah, yang instagramable .
Ruang terbuka publik sangat bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan kualitas hidup. Khususnya setelah pandemi Covid -19 mulai menurun secara perlahan-lahan, semakin banyak orang melakukan aktivitas di ruang luar setelah hampir 2 tahun mengalami aktivitas ruang luar. Ruang terbuka publik yang meliputi jalan, taman – taman kota, kawasan tepi pantai dan lapangan dipenuhi warga masyarakat dengan berbagai aktivitas. Kawasan Taman Bundaran Tirosa Kota Kupang setiap malam dipenuhi warga masyarakat untuk nongkrong dan bersantai, menjadi bukti kerinduan masyarakat terhadap ruang terbuka publik.
Secara umum ruang publik terdiri dari ruang terbuka publik dan juga ruang dalam ruangan. Ruang publik meliputi taman publik, lapangan dan plaza , pedestrian jalan, taman bermain/ playground , atrium/indoor market place ,
water front (Stephen Carr,dkk,1992)). Ruang terbuka publik terdiri dari ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non-hijau. Pengertian ruang terbuka publik dalam konteks spasial adalah tempat setiap orang memiliki hak untuk bebas tanpa harus membayar. Ruang publik berkaitan dengan semua bagian-bagian dari lingkungan alam dan binaan dimana masyarakat memiliki akses gratis. Istilah ruang publik ( public space ) ) dikemukakan oleh pakar perkotaan Kevin Lynch, dimana ruang publik adalah node (seperti Bundaran HI Jakarta atau Bundaran Monumen Tirosa Kupang) dan landmark (Monumen Monas Jakarta, Gedung Sasando Kantor Gubernur NTT) yang dapat menjadi alat navigasi di dalam kota.
Manfaat Ruang Terbuka Publik
Perkembangan kota yang sangat pesat menyebabkan peningkatan intensitas kegiatan yang membutuhkan ruang untuk mewadahinya termasuk kebutuhan akan ruang publik. Ruang terbuka publik merupakan ruang yang terbentuk secara alami dan atau direncanakan sebagai elemen kota dan dapat diakses oleh siapa saja: kaum muda, orang tua, laki-laki, perempuan, orang kaya-miskin, kaum difabel dan lain-lain. Berbagai aktivitas dapat dilakukan antara lain olahraga, rekreasi, pameran, pertunjukan kesenian, edukasi, sampai kegiatan menjual pedagang informal.
Ruang publik berperan dalam menentukan karakter suatu kota sekaligus aset bagi suatu kota. Beberapa pandangan dari pakar perkotaan berpendapat bahwa ukuran kehebatan dan tingkat peradaban sebuah kota dapat ditentukan melalui kualitas ruang publik, taman dan alun-alun. Ruang publik adalah elemen kota yang menjadi salah satu indikator penilaian tingkat pembangunan dan perkembangan kota yang berkelanjutan.
Dalam konteks perancangan kota (urban design), ruang terbuka publik juga dapat difungsikan untuk memperindah lingkungan kota melalui pembentukan faktor keindahan arsitekturalnya. Memenuhi kualitas lingkungan hidup sebagai paru-paru kota, memenuhi kebutuhan visual, meredam kebisingan, memenuhi kebutuhan rekreasi dan area peresapan air hujan. Ruang terbuka publik yang berkualitas dengan lingkungan yang terpelihara baik dapat meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat di perkotaan dengan menciptakan nilai tambah secara ekonomi, sosial dan lingkungan.
Ruang Terbuka publik sebagai Destinasi Wisata
Sifat ruang terbuka publik yang mewadahi aktivitas yang mudah diakses dan bebas biaya menjadikan ruang terbuka publik menjelma menjadi salah satu destinasi wisata favorit masyarakat. Memiliki kelebihan yang menarik karena memberikan kesan kebebasan berekspresi bagi individu maupun kelompok.
Sebagai destinasi wisata, aksesibilitas, kelengkapan fasilitas penunjang ruang terbuka publik dan pemandangan indah menjadi daya tarik tersendiri bagi pengunjung, baik dari dalam maupun luar kota. Fasilitas ruang terbuka publik yang lengkap dan baik dalam suatu destinasi wisata merupakan salah satu elemen yang mempengaruhi dan meningkatkan daya tarik wisata. Fasilitas yang ada tentu harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan mendukung aktivitas pengunjung.
Sebagai tempat wisata, ruang terbuka harus memberikan kesan yang baik sehingga wisatawan bersedia menghabiskan waktu yang cukup lama ketika beraktivitas. Hal ini akan berpengaruh pada kegiatan ekonomi warga masyarakat setempat seperti adanya aktivitas kuliner dan souvenir serta produk jasa lainnya. Keinginan dan kebutuhan pengunjung dapat menjadi pertimbangan bagi pengelola dalam meningkatkan kualitas pelayanan ruang terbuka publik yang dapat memuaskan pengunjung sehingga selanjutnya dapat meningkatkan kualitas objek wisata yang mampu menciptakan persepsi positif dari wisatawan. Semakin terpenuhinya kebutuhan wisatawan di kawasan wisata, maka destinasi wisata tersebut akan menjadi semakin atraktif, yang akan berdampak pada peningkatan pengunjung.
Kota-kota di Nusa Tenggara Timur juga tidak kalah serius membangun ruang terbuka publik dalam bentuk taman yang juga sebagai destinasi wisata. Contohnya beberapa taman publik di kota Kupang antara lain Taman Nostalgia (Tamnos), Alun-Alun Kota di Pasir Panjang, Taman Tagepe (Taman Generasi Penerus) di Kelapa Lima dan Taman Fontein. Labuan Bajo dengan Marina Labuan Bajo, Ende dengan Taman Air Mancur Simpang Lima dan Waingapu dengan Taman Sandelwood. Ruang terbuka terbuka yang dibangun khususnya taman kota tentu harus memenuhi syarat instagramable agar menjadi magnet seperti fenomena Citayam Fashion Week di Jakarta.
Pembangunan Ruang Terbuka Publik
Ruang terbuka publik setidaknya harus memiliki tiga kriteria dasar yaitu responsif, demokratis dan bemakna. Ruang publik harus bisa mengakomodir, keinginan, dan minat pengguna (responsif) seperti kenyamanan, relaksasi dan kegiatan yang bersifat pasif dan aktif. Ruang berbagai publik harus dapat digunakan oleh masyarakat umum dari berbagai latar belakang sosial, ekonomi, budaya serta dapat diakses oleh kondisi fisik manusia tanpa diskriminasi (demokratis). Ruang publik yang bermakna ( bermakna ) artinya memiliki keterkaitan antara ruang dan manusia serta dengan konteks sosial, dapat memberikan arti atau makna bagi masyarakat lokal maupun kelompok (Stephen Carr,dkk, 1992).
Dalam mewujudkan ruang publik kota untuk semua yang berkelanjutan, selain memenuhi tiga kriteria tersebut perencanaan ruang publik dapat menerapkan upaya pemberdayaan masyarakat, kemitraan antara pemerintah, sektor swasta dan masyarakat untuk secara kolaboratif menata kembali ruang publik melalui potensi aset, inspirasi dan aspirasi, serta potensi masyarakat lokal sehingga dapat mengakomodir kebutuhan pengembangan di masa mendatang. Penguatan kesadaran publik dan kontrol sosial masyarakat melalui program sosialisasi dan pemberian insentif-disinsentif perlu dilakukan.
Banyak faktor yang perlu diperhatikan dan dipersiapkan dalam pembangunan dan pengembangan ruang terbuka publik tentunya. Kepemilikan, kelengkapan fasilitas, kesiapan lokasi dan manajemen pengelolaan tentu selalu menjadi pertimbangan utama. Beberapa aspek lainnya adalah konsep pengembangan ruang terbuka yang humanis dan berdasarkan kebutuhan masyarakat. Aspek regulasi yang mengatur akses, kebebasan melakukan kegiatan dan klaim serta pertimbangan pemaknaan yang dibutuhkan masyarakat. Perencanaan ruang terbuka publik sendiri menjadi bagian integrasi dalam perencanaan kota secara keseluruhan.
Taman Bungkul Surabaya merupakan contoh terbaik dalam pembangunan ruang terbuka publik di Indonesia. Kekuatan dan keunggulan kekuatan taman ini terletak pada kemampuan taman Bungkul dalam memfasilitasi keindahan dan kesetaraan. Semua taman publik yang ada di berbagai kota memiliki keindahan taman dan kelengkapan fasilitas yang mumpuni dan pengelolaan yang baik. Namun Taman Bungkul Surabaya punya keunggulan, mampu menyatukan perbedaan, dipakai untuk semua golongan masyarakat. Aspek kesetaraan menonjol disini. Warga Surabaya dari berbagai kalangan dan status sosial membaur dalam keindahan taman kota. Atas capaian ini, Taman Bungkul Surabaya diganjar penghargaan internasional "The 2013 Asian Townscape Sector Award" dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan menjadi satu-satunya taman di Indonesia yang meraih penghargaan bergensi ini.
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555