OUTLOOK
PARIWISATA DAN EKONOMI KREATIF 2022
Optimis
dengan Inovasi, Adaptasi dan Kolaborasi
Paul
J. Andjelicus
Perencana
Muda Dinas Parekraf NTT
Anggota Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) NTT
Pandemi Covid-19 belum
berakhir. Varian baru mutasi Covid-19, Omicron telah muncul di Afrika Selatan
dan menyebar berbagai belahan dunia pada awal Desember 2021 dan sudah masuk ke
Indonesia sejak akhir Desember 2021 lalu. Pembatasan kegiatan diperkirakan masih
akan terus berlanjut sesuai kondisi setiap negara. Program vaksinasi Covid-19
terus berjalan untuk menahan laju penyebaran Covid-19 dan varian-varianya. Sektor pariwisata dan
ekonomi kreatif Indonesia masih akan menghadapi tantangan berat tahun 2022. Namun Menparekraf
Sandiaga Uno, terus menghimbau untuk tetap optimis membangun pariwisata dan
ekonomi kreatif karena ada sekitar 34
juta masyarakat Indonesia yang bekerja
di industri pariwisata.
Membangkitkan
Sektor Pariwisata di Masa Pandemi Covid-19
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
menerapkan 3 strategi utama agar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia mampu bangkit dari pandemi Covid-19 ini. Strategi itu
adalah inovasi, adaptasi dan kolaborasi. Pemulihan sektor pariwisata
selanjutnya dilakukan dengan peningkatan kapasitas SDM, revitalisasi destinasi
wisata, peningkatan resiliensi daya saing usaha, perluasan pasar serta inovasi jasa dan produk wisata.
Beberapa langkah yang
telah dilakukan pemerintah adalah
mendorong percepatan vaksinasi di destinasi wisata, peningkatan SDM pariwisata
dan ekonomi kreatif (parekraf), insentif kepada pelaku usaha ekonomi kreatif (ekraf)
dan penerapan Cleanliness, Healthy,
Safety and Environment Sustainability (CHSE) di destinasi wisata dan
industri pariwisata secara keseluruhan. Proses sertifikasi CHSE di destinasi wisata
dan industri pariwisata terus dilakukan untuk menambah keyakinan wisatawan
datang ke Indonesia dan menjadi bagian strategi promosi wisata. Upaya
lainnya adalah relaksasi regulasi melalui pembukaan border khususnya di Bali
dan Kepulauan Riau yang menjadi pintu gerbang utama masuknya wisatawan manca
negara (wisman) ke Indonesia secara bertahap.
Kementerian Pariwisata dan
Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menyusun target wisman 2022 sebanyak 1,8 - 3,6
juta kunjungan dengan mengusung konsep pariwisata berkualitas dan berkelanjutan
di tengah situasi pandemi Covid-19. Mendorong pariwisata
yang berkualitas yang menitikberatkan pada kenyamanan dan pengalaman wisata
yang luar biasa. Disamping itu target
ini didukung juga dengan pengembangan Meeting, Incentive, Convention and Exhibition (MICE). Hal ini mengingat selama pandemi 2 tahun,
kunjungan wisman terus menurun. Tahun 2019 kunjungan wisman mencapai sekitar 16
juta, namun pada 2020, jumlah wisman ke Indonesia menurun drastis menjadi 4,05 juta orang dan 2021 menjadi 1,5 juta orang.
Upaya mewujudkan wisata
yang berkualitas dilakukan dengan inovasi tiada henti seperti memahami perilaku
wisatawan untuk segmentasi pasar dengan destinasi wisata yang memperhatikan
aspek higenis dan sanitasi dan pelayanan
customized tourism, paket
dibuat sendiri dan khusus untuk komunitas sendri, lebih personil dan tidak masif. Wisata virtual perlu terus dikembangkan di masa pandemi sebagai strategi promosi. Perlu
dibangun destinasi wisata tematik
berdasarkan potensi yang terintegrasi
dengan pola perjalanan wisata seperti tematik wisata alam, budaya, olahraga,
religi, diving, surfing, kuliner, perkotaan dan perdesaan. Hal ini untuk memberikan
pengalaman unik yang luar biasa, tak ternilai sehingga ekspektasi dan imajinasi
wisatawan terpenuhi dan terekam dalam
memori kerinduan untuk berkunjung kembali.
Untuk membentuk
pariwisata yang berkualitas ada beberapa aspek seperti SDM dan infrastruktur. Peningkatan
SDM pariwisata tidak bisa ditawar-tawar. Dilakukan melalui reskilling
dan upskilling, sertifikasi
kompettensi, pelatihan digital dan creative marketing, pelatihan
kewirausahaan, tata kelola home stay
dan desa wisata. Termasuk pendampingan dan kewirausahaan. Infrastruktur turut
menjadi aspek yang penting. Menurut Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, untuk
sektor pariwisata yang harus dipersiapkan dan diperbaiki adalah infrastruktur,
kemudian amenitas dan penyiapan atraksi/event wisata, setelah itu promosi
besar-besaran baru dapat dilakukan. Jika hal ini tidak dilakukan, wisatawan
datang sekali dan tidak akan kembali lagi. Hal ini akan merusak citra
pariwisata Indonesia di mata dunia.
Walaupun begitu, wisatawan nusantara (wisnus) tetap menjadi andalan
kebangkitan industri pariwisata selama pandemi Covid-19. Wisatawan nusantara dinilai mampu
memicu pergerakan wisata agar tetap berjalan aktif di masa pandemi Covid-19.
Wisnus lebih mampu beradaptasi dengan baik dan mengikuti arahan pemerintah
menerapkan protokol kesehatan yang ada. Sekitar 260-280 juta pergerakan wisnus dan nilai tambah ekonomi
kreatif mencapai Rp1.236 triliun akan menjadi target yang diupayakan tahun 2022
dengan tantangan yang harus dihadapi adalah upaya meningkatkan pengeluaran
wisnus selama berwisata.(Kemenparekraf,2021).
Pengembangan
Ekonomi Kreatif
Selama tahun 2020,
seluruh sub sektor ekonomi kreatif mengalami pertumbuhan negatif kecuali sub sektor
televisi dan radio, aplikasi dan game
developer. Hampir semua pelaku ekraf di Indonesia mengalami dampak negatif
selama pandemi Covid-19. Sekitar 67 % pelaku ekraf mengalami penurunan
pemasukan dan hanya 8 % yang mengalami pertumbuhan omzet (Kemenparekraf,2021).
Pengembangan ekraf
dilakukan dengan membangun dan mengembangkan ekosistem ekonomi kreatif yang secara
garis besar dilakukan melalui pengembangan
riset, pengembangan pendidikan, fasilitasi pendanaan dan pembiayaan, penyediaan
infrastruktur, pengembangan sistem
pemasaran, pemberian insentif, fasilitasi kekayaan intelektual dan pelindungan
hasil kreativitas.
Melihat kondisi yang ada maka diperlukan percepatan pembangunan ekraf. Hal ini dengan membangun dan mengembangkan ekosistem ekraf berdasarkan sistem klaster. Salah satu contohnya adalah pengembangan ekosistem ekraf di destinasi wisata seperti 5 Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dengan fokus pada pengembangan SDM. Isu dasar di 5 DPSP yang ada berbeda sehingga jenis penanganan juga berbeda. Khusus untuk DPSP Labuan Bajo - NTT, isu SDM adalah tingkat pendidikan masyarakat yang masih rendah secara umum, sikap tenaga kerja yang kurang professional dalam melayani, serta penguasan bahasa Inggris dan bahasa asing lainnya yang rendah. Sehingga dibutuhkan pelatihan SDM terkait penguasaan bahasa asing, kepemanduan, pelayanan prima, pengelolaan homestay, manajemen pariwisata, sertifikasi kompetensi dan digitalisasi. Disamping itu perlu dilakukan pendampingan pengelolaan desa wisata yang ada.
Pengelolaan kekayaan intelektual perlu mendapat perhatian untuk pengembangan sistem inovasi dan pengembangan ekosistem ekraf. Permasalahan yang dihadapi adalah belum optimalnya komersialisasi Kekayaan Intelektual (KI). Hal ini disebabkan belum terciptanya ekosistem inovasi (dan juga ekosistem ekraf). Saat ini, Indonesia masih bertumpu pada sektor pemanfaatan sumber daya alam yang bersifat material dengan jumlah cadangan yang terbatas. Sedangkan, Kekayan Intelektual merupakan sektor yang bertumpu pada sumberdaya immaterial yang tidak akan pernah habis, yaitu kemampuan intelektual manusia untuk berpikir kreatif dan inovatif Untuk itu diperlukan peran berbagai stakeholder untuk menggeser paradigma penggunaan sumber daya alam menjadi optimalisasi sumber daya manusia.
Perubahan Perilaku Wisatawan
Berwisata sudah menjadi kebutuhan
semua orang, tidak hanya bagi kalangan
tertentu. Wisata sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Perbedaan terletak pada
tujuan dan destinasi wisata yang dipilih. Kelas menengah ke bawah, cenderung
memilih destinasi domestik jarak pendek.
Sementara untuk kelas menengah biasanya lebih jauh atau antar kota/wilayah atau
bahkan ke luar negeri.
Pandemi Covid-19 telah menyebabkan perubahan besar-besaran dalam tatanan kehidupan manusia termasuk dalam industri pariwisata sejak tahun 2020. Secara umum, pandemi ini telah mengubah tren perilaku konsumen sebagai adaptasi dan mampu mengubah pola kehidupan manusia. Terdapat 4 perubahan perilaku konsumen yang baru yaitu: 1). Stay at home life style, karena adanya berbagai pembatasan aktivitas di luar rumah; 2). Perilaku mengutamakan kebutuhan fisiologi yaitu makanan, kesehatan, dan keamanan jiwa raga: 3). Aktivitas go virtual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dan 4). Terbentuknya kepekaan sosial yang tinggi.
Beberapa perubahan perilaku wisatawan yang terjadi antara lain wisatawan dalam berwisata lebih mengutamakan kesehatan dan kebersihan, menghindari kerumuman massa dan kontak fisik (physical distancing), mencari pengalaman baru dan unik, pemakaian teknologi/digitalisasi dalam aktivitas wisata.
Industri pariwisata
harus berubah dan beradaptasi dengan kondisi pandemi yang masih terus
berlangsung dan perubahan perilaku wisatawan. Transformasi bisnis industri
pariwisata diperlukan dan yang perlu
segera dilakukan antara lain penerapan standar kesehatan dan keamanan,
transformasi digital, efisiensi dan tenaga kerja yang multitasking sehingga perlu peningkatan skill pekerja untuk adaptasi
teknologi dan memenuhi kebutuhan tenaga kerja multitasking tersebut.
Prospek
MICE
Potensi industri
pariwisata Meeting,
Incentive, Convention and Exhibition (MICE)
cukup menjanjikan dengan Jakarta dan Bali sebagai destinasi MICE unggulan yang
sudah ada. Beberapa kota lainnya yang punya potensi adalah Bandung, Jogyakarta,
Medan, Surabaya dan Makasar. Keberhasilan menyelenggarakan beberapa even internasional seperti Badminton Festival 2021 di Nusa Dua Bali selama
1 bulan (November – Desember 2021) dengan protokol kesehatan ketat menjadi
contoh positif membangun kepercayaan dunia internasional terhadap industri
pariwisata di Indonesia.
Beberapa kegiatan MICE
memang telah dibatalkan akibat pandemi Covid-
19, namun adaptasi baru terus digali sebagai bagian dari inovasi. Bentuk adaptasi industri MICE di masa pandemi
adalah yang disebut dengan New Nor-MICE
yang akan mengarah ke konsep hybrid. Menggabungkan
pengalaman pertemuan online dan offline secara bersamaan. Beberapa contoh kegiatan dengan konsep
ini adalah Konferensi ASEAN Virtual Summit 2021 dan APACMED Virtual 2020 yang diselenggarakan secara virtual namun khusus
pembicara tetap dihadirkan secara offline
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.
Tahun 2022 sejumlah even internasional akan diselenggarakan
di Indonesia seperti Moto GP di sirkuit Mandalika NTB dan tentu saja Pertemuan
KTT G 20 di Bali dengan Labuan Bajo sebagai side
event. Peluang untuk mengembangkan Indonesia sebagai Destinasi MICE
Internasional sangat terbuka. Menurut Anang Sutono (STP Bandung), beberapa
aspek yang perlu dibangun dalam pengembangan industri MICE di masa pandemi
antara lain penyiapan sumber daya manusia, manajemen pengelolaan, kesiapan
produk MICE (sarana dan prasarana) dalam bentuk klaster MICE, segmentasi pasar
yang tepat, dukungan regulasi, bisnis proses dan kemampuan pengelolaan big data
dan digital maturity.
Digitalisasi Industri
Parekraf
Masa pandemi menjadi salah satu faktor untuk mempercepat
digitalisasi di bidang pariwisata dan tren pariwisata juga
mulai bergeser ke arah digital. Perkembangan
teknologi saat ini menjadikan industri pariwisata dan ekonomi kreatif sebagai
salah satu sektor yang mengalami digitalisasi dengan pesat dalam beberapa tahun
terakhir. Secara tidak langsung membuat masyarakat semakin melek dan ikut
beradaptasi dalam perkembangan teknologi. karena gaya hidup masyarakat
cenderung cepat dan bersentuhan langsung dengan internet.
Menurut John Bersin, digitalisasi
pariwisata bukan hanya terkait teknologi namun juga manusia Digitalisasi
pariwisata merupakan trend dan gaya hidup
industri pariwisata sekarang dan di masa depan. Kegiatan perjalanan
wisata sebelum pandemi memang telah banyak dibantu oleh teknologi dan
digitalisasi semakin dipercepat dengan adanya pandemi Covid-19. Pemesanan tiket, hotel dan berbagai kebutuhan
masyarakat termasuk untuk termasuk berwisata dilakukan dengan
mudah melalui berbagai aplikasi. Di masa depan kemampuan pengelolaan big data dan pengunaan artificial inteligance menjadi senjata
andalan dalam melayani kebutuhan konsumer.
Beberapa hal yang membuktikan digitalisasi membantu industri pariwisata saat
ini, yaitu :
-
Membantu carrying
capacity yaitu pembatasan otomatis kunjungan wisatawan ke destinasi wisata
oleh pengelola, jika sudah melebihi kapasitas dan memberikan alternatif kepada
wisatawan agar tetap dapat berwisata di destinasi wisata tersebut.
-
Membantu
pengembangan wisata di masa depan karena semakin banyak pelaku wisata
memakai sarana digital untuk bisnis wisatanya, maka akan semakin banyak pula
database yang terkumpul. Informasi tersebut digunakan untuk membuat evaluasi
dan strategi lain untuk pengembangan di masa mendatang.
-
Sarana
informasi yang mudah dan cepat berupa
artikel, video, foto dan sebagainya yang dapat dilihat oleh dunia. Informasi
yang diupload ke media sosial terkait destinasi wisata secara tidak langsung
membantu promosi wisata. Platform digital menjadi sarana keputusan seseorang untuk melakukan kegiatan
wisata berdasarkan informasi yang ada. Pemesanan tiket
perjalanan, memilih transportasi, menentukan akomodasi, hingga mencari
informasi tentang destinasi wisata yang dituju semua bisa dilakukan lewat smartphone
dengan berbagai plaftform media sosial yang ada. Untuk urusan pembayaran sudah ada
sistem pembayaran cashless environment atau pembayaran
digital menggunakan QRIS (Quick Response
Code Indonesian Standard).
Industri pariwisata
sudah memasuki era 4.0 dan sebentar lagi akan melompat ke 5.0 yang ditandai
dengan penggunaan Information and
Computing Technology ( ICT ) seperti internet
of things, augmented reality, high
peformence computing, cloud
computing, big data, wireless
connectivity, emerging technology, block
chain dan artificial inteligance.
Promosi dan pemasaran dilakukan dengan
penggunaan teknologi informasi terbaru. Media sosial, informasi di website, google map dan berbagai platform
aplikasi dibangun untuk memudahkan
industri pariwisata melayani kebutuhan wisatawan.
Guna menunjang penerapan digitalisasi industri pariwisata dan ekonomi kreatif di Indonesia, Kemenparekraf berkolaborasi dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk mengembangkan infrastruktur telekomunikasi dan informatika, terutama di 5 Destinasi Super Prioritas (DSP) dan desa wisata di Indonesia untuk penyediaan layanan internet dan wifi. Hal ini untuk mencapai signal coverage yang lebih memadai di seluruh daerah, hingga pelosok terpencil. Peningkatan layanan internet di destinasi wisata menjadi prioritas penting dan sekaligus mengoptimalkan perkembangan tren wisata digital nomad di Indonesia.
Referensi
- Materi
Narasumber pada Webinar Parekraf Outlook
2022 , Universitas Negeri Surakarta (UNSA), 21 Desember 2021.
- Economic
Outlook 2022. Akselerasi Pembangunan Pariwisata 2022. Selasa, 23 November 2021.
Kanal you tube: Beritasatu
- kemenparekraf.go.id
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Mengenal Dunia Astronomi Melalui Wisata Ke Observatorium Nasional Timau Kabupaten Kupang
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555