Mengenal Dunia Astronomi
Melalui Wisata
Ke Observatorium
Nasional Timau Kabupaten Kupang
Paul J.
Andjelicus
Perencana Muda Dinas Parekraf NTT
“ Pengembangan astronomi merupakan langkah penting, karena teknologi antariksa adalah suatu hal yang mutlak dikuasai saat ini, termasuk di Indonesia. Astronomi adalah sains dasar yang melandasi penguasaan teknologi antariksa. Astronomi juga adalah sains yang mampu menginspirasi generasi muda dengan pertanyaan-pertanyaan yang menantang untuk dieksplorasi”. (Thomas Djamaluddin, Kepala LAPAN RI)
Provinsi
NTT patut berbangga ikut berkontribusi dalam pembangunan ilmu pengetahuan dan
teknologi khususnya dunia astronomi karena pemerintah pusat telah menetapkan
NTT sebagai lokasi pembangunan Observatorium Nasional (OBNAS) yang baru. Kabupaten
Kupang, khususnya kawasan hutan lindung Gunung Timau tepatnya di Desa Bitobe Kecamatan
Amfoang Tengah dipilih sebagai lokasi
ideal untuk pembangunan OBNAS sekaligus menjadi yang terbesar di Asia Tenggara. Dengan posisi
geografis berada pada 09°34′47.5″S LS
dan 123°56′20.1″E BT, observatorium
ini dinilai memiliki lokasi unggul yang tidak dimiliki oleh observatorium
tingkat dunia lainnya. Keunggulan tersebut meliputi lokasi yang dekat dengan katulistiwa
atau berada di pertengahan belahan dunia (equator) sehingga mampu mengamati
benda langit di belahan bumi utara dan selatan, iklim yang mendukung karena
berada di ketinggian 1300 m dpl dengan musim kemarau yang relatif panjang,
lokasi berada dalam kawasan cagar alam Gunung Timau, keindahan alam dengan
keanekaragaman hayati yang tinggi dan lokasinya sangat terpencil sehingga minim
polusi cahaya. Itu sebabnya observatorium
yang akan dikelola oleh Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) ini
akan menjadi sebuah kebanggaan bagi Indonesia dan NTT jika telah selesai
pembangunan nanti.
Aksesibilitas
menuju lokasi dapat dicapai melalui jalur Kupang, Bokong menuju Lelogama kemudian menuju kecamatan
Kupang Tengah dengan jarak tempuh sekitar 125 km dengan durasi 6 jam perjalanan
karena jaringan jalan yang rusak. Pemerintah NTT sendiri telah membangunan
jaringan jalan Bokong menuju Lelogama
Kecamatan Amfoang selama beberapa tahun terakhir yang sekaligus merupakan akses
utama menuju OBNAS Timau.
Daya
Tarik OBNAS Timau
Kehadiran
OBNAS Timau telah membuka babak baru perjalanan astronomi di Indonesia,
khususnya sebagai laboratorium astronomi tingkat nasional dan internasional, yang
dapat dimanfaatkan oleh para astronom dan peneliti di berbagai perguruan tinggi
/ lembaga penelitian terkait di Indonesia dengan pola kerjasama. Ke depan, OBNAS
adalah fasilitas nasional yang terbuka untuk siapa saja baik astronomi maupun
lintas disiplin, yang relevan dengan penelitian astronomi dan sains antariksa. Hal
ini tentu akan menjadi pemicu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
di berbagai daerah, khususnya di Kawasan Timur Indonesia. Hal ini sejalan Nawa
Cita Presiden Joko Widodo yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan
memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka NKRI, antara lain melalui
pemerataan pembangunan antarwilayah, terutama Kawasan Timur Indonesia. Selain
bermanfaat untuk Indonesia, kehadiran OBNAS juga akan memberikan dampak positif
bagi pengembangan astronomi di kawasan Asia Tenggara dimana sebagian wilayah Asia Tenggara memiliki
kendala cuaca untuk pengamatan benda langit.
Daya
tarik wisata ini berbeda dengan wisata lainnya yang pada umumnya merupakan
obyek di darat, lautan dan udara. Daya tarik utama bukan pada kehadiran bangunan
observatorium itu sendiri, namun terletak pada kemampuan observatorium
melakukan pengamatan benda langit yang berada di luar angkasa. Ini yang mau
ditawarkan kepada wisatawan minat khusus, khususnya para ahli yang akan melakukan
penelitian astronomi baik dalam maupun luar negeri. Para ahli (khususnya luar
negeri) pasti akan datang ke Timau karena daya tariknya yaitu lokasi yang
paling ideal dalam pengamatan benda luar angkasa karena berada di kawasan
equator bumi yang mampu menjangkau benda-benda langit di belahan utara dan
selatan bumi. Ini yang menjadi keunggulan, keunikan dan kekuatan OBNAS Timau
dibanding observatorium lainnya yang ada di dunia. Disamping itu lokasi Timau ini memiliki banyak malam cerah dalam setahun yang
sangat berguna untuk pengamatan dengan fraksi kecerahan langit mencapai 70 %
karena lokasi yang sangat terpencil. Dari aspek teknologi, OBNAS ini menyajikan jendela pengamatan yang amat luas,
karena memiliki jendela pengamatan
mencakup 95 persen area langit. Teleskopnya akan mengamati objek hingga
21,5 magnitudo. Artinya, teleskop ini bisa melihat matahari dari jarak 70.000
tahun cahaya. Kamera CCD pada teleskop bisa diproses cepat untuk fotometri
& spektrograf resolusi menengah (~30.000).Hal ini ditunjang dengan
kehadiran teleskop berdiamter 3,8 m.
OBNAS
Timau yang merupakan kerja sama antara LAPAN, ITB, UNDANA, Pemerintah Daerah
NTT dan Pemerintah Kabupaten Kupang, masih dalam proses pembangunan dan sesuai
rencana akan selesai pada tahun 2022 sekaligus
mulai beroperasi yang ditandai dengan menerima cahaya langit pertama atau first light. Beragam
kegiatan dapat dilakukan di OBNAS Timau mulai
dari pengamatan, penelitian, sampai dengan edukasi publik. Wisatawan dan
peneliti, bisa melakukan studi cuaca
antariksa seperti aktivitas matahari,
gangguan geomagnet serta ionosfer. Kegiatan studi lainnya yaitu studi
planet luar surya, fisika dan evolusi bintang, serta struktur, dinamika dan
evolusi galaksi, serta juga studi kosmologi. Para peneliti dapat melakukan
sensus benda kecil tata surya seperti asteroid dan komet. Kemudian dari lokasi ini
dapat melakukan layanan efemeris dan
pengamatan hilal. Keuntungan lainya adalah dapat dilakukan kegiatan penelitian lintas disiplin ilmu
seperti studi atmosfer, cuaca, iklim, pengembangan teknologi pengamatan, komputasi
dan spinoff / cabangan baru:
astro-biologi, astro-geologi, etno-astronomi, hukum antariksa, lingkungan,
sosial dan sebagainya.
Destinasi
Wisata Minat Khusus Tematik Astronomi
Pemerintah Kabupaten Kupang telah memiliki rencana untuk memanfaatkan kehadiran OBNAS Timau sebagai destinasi pariwisata minat khusus untuk menambah sejumlah Obyek Daya Tarik Wisata (ODTW) yang telah dimiliki selama ini yang bervariasi seperti wisata alam dan budaya. Tercatat sampai tahun 2020 jumlah ODTW Kabupaten Kupang sebanyak 38 buah yang terdiri dari 31 buah wisata alam dan 7 obyek wisata budaya. Wisata alam yang terkenal antara lain Air Terjun Oenesu di Kupang Barat, Gunung Fatuleu di Fatuleu Tengah, Taman Wisata Alam (TWA) Camplong di Fatuleu dan Pantai Batulesa di Sumlili. Sementara wisata budaya yang terkenal adalah kegiatan Pacuan Kuda di Babau Kupang Tengah dan beberapa situs peninggalan Jepang saat Perang Dunia II. Kehadiran OBNAS akan memperkaya ODTW termasuk sebuah ODTW yang baru dibangun tahun 2018 lalu yaitu Pusat Sains (Science Center) Tilong yang dibangun untuk menunjang pembangunan OBNAS Timau sebagai kantor pengelola. Pusat sains juga berfungsi sebagai wahana menjangkau masyarakat dalam pelayanan edukasi sains dan teknologi, tidak hanya terkait astronomi saja namun semua cabang sains dan teknologi.
Kawasan OBNAS dan pegunungan Timau di Kecamatan Amfoang Tengah, berpotensi
dikembangkan sebagai kawasan wisata internasional. Kehadiran Observatorium
Nasional Timau memiliki manfaat besar bagi pembangunan daerah ini karena dapat
mendorong percepatan pembangunan sektor pariwisata dan peningkatan pendapatan
ekonomi masyarakat. Para ahli astronomi dari berbagai penjuru dunia dipastikan
akan berdatangan ke pegunungan Timau untuk melakukan penelitian antariksa sehingga
perlu disiapkan berbagai fasilitas dan rencananya memanfaatkan lahan di luar kawasan observatorium
sebagai lokasi pembangunan fasilitas wisata, sehingga aktivitas penelitian
dilakukan para ahli astronomi dari berbagai penjuru dunia tidak terganggu.
Tentu rencana ini perlu dikaji secara detail dan komprehensif khususnya
bagaimana upaya menjaga keunikan dan keunggulan
OBNAS Timau. Kegiatan pembangunan pariwisata di sekitar kawasan perlu
dilakukan secara berkelanjutan sehingga kelestarian alam dan kehidupan masyarakat
tidak dirugikan.
Kehadiran
OBNAS juga dapat ikut memperbaiki kualitas pendidikan di propinsi NTT dan tentu
saja membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat. Penyiapan pemahaman dan kesadaran masyarakat
di sekitar kawasan juga menjadi penting dan telah dilakukan bersamaan dengan
survey penelitian dan masa konstruksi. Pada tahun 2016 dan 2017 lalu misalnya,
ITB bekerjasama dengan Universitas Nusa Cendana (UNDANA) Kupang melakukan program pengembangan
masyarakat di kawasan OBNAS Timau dengan misi membangun desa yang maju dan
observatorium astronomi yang sukses. Program ini memperkenalkan pemanfaatan
pembangkit listrik tenaga surya dan pengelolaan air hujan pada masyarakat,
sehingga warga bisa dengan mudah memperoleh air bersih dan listrik.
Upaya
lainnya adalah model pemanfaatan Kawasan
Hutan Lindung yang menjadi area penyangga OBNAS Timau. Di lokasi inilah, akan
dibangun Taman Nasional Langit Gelap (National
Dark Sky Park) untuk menjaga keberlanjutan kegiatan pengamatan di OBNAS
Timau. Kehadiran taman yang akan menjadi taman langit pertama di
Indonesia, berfungsi sebagai pusat
pembelajaran masyarakat, masyarakat akan
diberi edukasi untuk menjaga agar bangunan tidak menghasilkan polusi cahaya
yang mengganggu pengamatan. Taman ini akan melengkapi sejumlah daya tarik
wisata alam yang menarik di Kawasan Amfoang khususnya area Lelogama dan
sekitarnya seperti Kawasan Hutan Lindung Timau, Padang Lelogama atau Bukit
Teletubis, Batu Basusun dan Air Terjun
Lelogama.
Pada
akhirnya peran serta masyarakat untuk
menjaga eksistensi dan fungsi OBNAS Timau sehingga bisa berlangsung dalam waktu
lama menjadi kunci utama suksesnya pembangunan dan pemanfatan OBNAS Timau. Penerapan
iptek dengan kearifan budaya lokal tidak hanya mementingkan nilai komersial tetapi juga nilai kultural.
Tidak hanya untuk memperoleh keuntungan semata, namun tetap menjaga adat dan
budaya di lingkungan sekitarnya akan mendorong semangat masyarakat untuk terlibat. Wisata minat
khusus tematik astronomi ini menawarkan sejumlah ekspektasi dan imajinasi
eksplorasi ilmu pengetahuan ruang
angkasa sambil berwisata di alam Gunung Timau yang indah.
Referensi:
1.
Andriani,Agustina.2017.
Observatorium Nasional Timor, Angin Segar
Pengembangan Kawasan Timur Indonesia.Buletin LAPAN Edisi Vol. 4. No. 2.
Tahun 2017. Tangerang.
2.
www.warstek.com/Era Baru Keantariksaaan
Indonesia, Observatorium Terbesar di Asia Tenggara Didirikan/19 Desember 2018.
3.
www.langitselatan.com/ Astronomi, Gerbang Edukasi Sains
& Wisata Langit Timor Barat/10 November 2017.
4.
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/07/15/5-hal-menarik-gunung-timau-lokasi-observatorium-antariksa-terbesar-di Asia Tenggara.
5.
https://langitselatan.com/2017/11/08/observatorium-nasional-timau/Pengawas Langit dari Timor.
Artikel Lainnya
PROGRAM CSR PT. PEGADAIAN GALERI 24 DISTRO KUPANG UNTUK PANTAI WISATA LASIANA
MENJAGA KEDAULATAN RUPIAH DI KAWASAN PERBATASAN RI – TIMOR LESTE
Kota Kreatif
Lomba Geowisata Goes to School
URGENSI PELINDUNGAN HUKUM EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL (EBT) BERDASARKAN PERATURAN DAERAH UNTUK AKSELERASI PEMBANGUNAN PARIWISATA DI NUSA TENGGARA TIMUR
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT (2)
PENGEMBANGAN WISATA KOTA DI NTT
Calendar of Events East Nusa Tenggara 2024
Potret Komponen Pariwisata Kota Atambua Untuk Mengembangkan Wisata Kota Perbatasan
Pelatihan dan Sertifikasi Pemandu Geowisata
Menulis Buku Bagi ASN Perencana
Talk Show Radio Alor : Kolaboratif untuk Mewujudkan NTT sebagai New Tourism Territory
Sertifikasi Profesi Terapis Spa Bidang Tata Kecantikan di Kota Kupang
Kegiatan Penanaman Mangrove Nasional Secara Serentak oleh Presiden Republik Indonesia
Penyelenggaraan Sertifikasi Profesi Bidang Tour Guide
SALAM GEOWISATA
TREND WISATA PASCA PANDEMI COVID-19, WISATA BALAS DENDAM?
DESTINASI WISATA BERKELANJUTAN DI NTT
RAGAM KULINER RAMADHAN DI KOTA KUPANG SEBUAH DAYA TARIK WISATA BUDAYA
PENYUSUNAN RENSTRA DISPAREKRAF NTT 2024-2026
BIMTEK 75 BESAR ADWI 2023
MPD SEBAGAI METODE PERHITUNGAN KUNJUNGAN WISATAWAN
SOSIALISASI MENYUSUN DUPAK
DINAS PAREKRAF NTT IKUT RAKORTEKRENBANG TAHUN 2023
BIMTEK DAN WORKSHOP ONLINE ADWI 2023 ZONA II
PUNGUT SAMPAH, PEDULI SAMPAH
Mau Belajar Sambil Rekreasi Dalam Kota?....Ayo ke Kebun TAFA
Pentingnya Perlindungan Kekayaan Intelektual bagi Berbagai Karya Cipta, Rasa dan Karsa Manusia
Festival Desa Binaan Bank NTT dan Upaya Pengembangan Ekonomi Kreatif dalam Kerangka Pemberdayaan Masyarakat
PENINGKATAN KAPASITAS PENYELENGGARAAN SAKIP DI PROVINSI NTT
PENYERAHAN BUKU KOLASE WISATA
Focus Group Discussion (FGD) Dukungan Data Penyusunan Grand Desain Pariwisata NTT
PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA LELOGAMA KABUPATEN KUPANG
DISPAREKRAF NTT “ IKUT” PESPARANI NASIONAL II DI KUPANG
EXPO NUSANTARA : DARI NTT UNTUK NUSANTARA
MEREKAM KOTA KUPANG DARI DE MUSEUM CAFE JKK
Workshop Peningkatan Kapasitas Pengelolaan SDGs bagi Sekretariat SDGs Provinsi NTT
BKD PROVINSI NTT SERAHKAN HASIL UJI KOMPETENSI
Transformasi Pariwisata Modern Menuju Era Industri 4.0 Melalui Sistem Informasi Kepariwisataan Nasional
Dinas Parekraf Provinsi NTT Berduka
Asah Kemampuan Promosi Kreatif ASN Melalui Kegiatan Pelatihan Pemasaran Pariwisata Bagi Aparatur Sipil Negara (ASN)
FESTIVAL GOLO KOE : GELIAT BARU PARIWISATA LABUAN BAJO
Eksotisnya Pantai di Ujung Utara Flores
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT Selenggarakan Pelatihan Implementasi Konsep CHSE
Ruang Terbuka Publik dan Penanganannya
Sosialisasi Input Data Innovative Government Award Tahun 2022
JEJAK SUKACITA FESTIVAL MUSIM DINGIN TAHUN 2022 DI SURGA TERSEMBUNYI TIMOR TENGAH SELATAN
WELCOME LABUAN BAJO
Catatan Kecil Kegiatan Workshop Pengembangan Ekonomi Digital dan Produk Kreatif ASN
KOTA ENDE, KOTA LAHIRNYA PANCASILA
AJANG ANUGERAH PESONA INDONESIA (API) 2022
Workshop Penguatan Kapasitas Sekretariat SDGs Daerah Dalam Pengelolaan Pelaksanaan SDGs
KOTA KUPANG DALAM PAMERAN GAMBAR MALOI KUPANG
Kampung Seni Flobamorata Kupang
Lasiana Beach
KAWASAN PARIWISATA ESTATE NTT : Dimana Batas-Batasnya ? Berapa Luasnya?
Standar Operasional Prosedur Disparekraf Prov. NTT
Standar Pelayanan Publik
Maklumat Pelayanan Publik Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov NTT
DESA GOLO LONI MENAWARKAN WISATA ARUNG JERAM DI FLORES
IDENTIFIKASI DAN WORKSHOP PENGEMBANGAN HOMESTAY DI DESA GOLO LONI KABUPATEN MANGGARAI TIMUR
Wisata Aman Bencana di NTT
Catatan Perjalanan Wisata di Fatumnasi
KEGIATAN MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
KEGIATAN PRA MUSRENBANG NTT TAHUN 2022
Membangun Kemandirian Lokal Menjadi Arah Pembangunan NTT 2023
Kemenparekraf Gelar Workshop Pengelolaan Event Daerah Demi Wujudkan Event Berkualitas
RUMAH BUMN, RUMAHNYA INDUSTRI KREATIF
RAPAT KOORDINASI MENDUKUNG CAPAIAN TARGET PESERTA DESA WISATA YANG AKAN MENDAFTAR DI ADWI 2022
SOSIALISASI PENGINPUTAN RKPD NTT TAHUN 2023
Buku Database 2021
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ENDE
Karya Arsitektur sebagai Daya Tarik Wisata
Pertemuan dengan Forkasse (Forum Komunikasi antar sanggar Seni Provinsi NTT)
WORKSHOP PENGEMBANGAN SENI BUDAYA KABUPATEN ALOR
DINAS PAREKRAF NTT BELAJAR APLIKASI BELA
Outlook Parekraf 2022
PROTOKOL KESEHATAN PADA DESTINASI WISATA
Semauku Indah
MENDATA POTENSI USAHA EKONOMI KREATIF DI KABUPATEN KUPANG
WISATA KOTA, KOTA WISATA
NTT Hijau dalam Pesona 1000 Bonsai
KICKOFF JABATAN FUNGSIONAL ADYATAMA KEPARIWISATAAN DAN EKONOMI KREATIF
PARIWISATA NTT BUTUH BRANDING, GUYS !
Regional Calender Tourism Events 2022
RAKOR PEMBANGUNAN PARIWISATA RING OF BEAUTY NTT
KENYAMANAN RUANG HOMESTAY
SOSIALISASI DAN SIMULASI PANDUAN SERTIFIKASI CHSE PADA PENYELENGGARAAN MICE
MENATA ARSITEKTUR KOTA LABUAN BAJO
KASUS HIV AIDS DI PROVINSI NTT TETAP MENINGKAT
Konsep Desain Monumen di Kelurahan LLBK Kota Kupang
PEMBANGUNAN DI PROVINSI NTT MEMBUTUHKAN HARMONISASI DAN SINKRONISASI
DESA WISATA, DESA WISATA TEMATIK DAN DESA WISATA HIJAU. Mana yang Cocok Untuk NTT?
Reef Check Indonesia Kembangkan Wisata Spesies dan Industri Penunjangnya di Kabupaten Kupang dan Rote Ndao
Simulasi Bencana di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Prov. NTT
MENDORONG STANDARISASI PELAKU PARIWISATA
Kolaborasi Kemitraan, Disparekraf NTT Gandeng Pelaku Wisata
Upaya Penerapan ISO 9001 : 2015 di Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
PEMBINAAN STATISTIK SEKTORAL PARIWISATA
Catatan Perjalanan ke Liman
Wisata Langit Gelap “Lelogama”
TALK SHOW ONLINE ANTARA BETA, DIA DAN DESTINASI WISATA NTT: KEMARIN, KINI DAN NANTI
Diseminiasi Anggaran Belanja Dinas Parekraf NTT
Konsultasi Publik Penyusunan Dokumen Antara Rencana Zonasi Kawasan Antar Wilayah Laut Bali dan Sekitarnya
Diskusi Konsep Smart Tourism di Indonesia Timur
Rapat Tim Pengelola Website Dinas Parekraf NTT
Bambu dan Prospek Pengembanganya Bagi Ekowisata NTT
Kunjungan Kerja Gubernur NTT ke Kantor Dinas Parekraf NTT
Kunjungan Bupati Malaka
Lokakarya Konsolidasi Pembentukan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana
Pertemuan Tim Kajian Pariwisata Aman Bencana Provinsi NTT
Literasi Desa Koanara Kabupaten Ende
Literasi Obyek Wisata Desa Praimadita Kabupaten Sumba Timur
Literasi Kabupaten Alor
Literasi Lamalera
Profile Kawasan Pariwisata Estate (PE)
MENDORONG KAMPUNG DENGE SEBAGAI PINTU GERBANG KAWASAN WISATA WAEREBO
EVALUASI DESTINASI WISATA PASCA BENCANA ALAM
Tourism Event 2022
WORKSHOP ARSITEK
DISKUSI PUBLIK PARIWISATA AMAN BENCANA DI PROVINSI NTT
MENEMUKAN POTENSI INDENTITAS FISIK KOTA KUPANG
DAYA TARIK WISATA RUMAH ADAT NTT
Belajar dari Utusan Khusus Presiden Seychelles
Pariwisata Nusa Tenggara Timur, Cerah-Cemerlang
Deseminasi Pengelolaan Website Dinas Parekraf NTT
Menggali Spirit of Place Dalam Desain Kawasan Pariwisata Estate NTT
FGD Review RIPPARNAS 2011- 2025
Penerapan CHSE Usaha Pariwisata di Provinsi NTT
Tata Kelola Persampahan Di Destinasi Wisata Super Premium Labuan Bajo
Identifikasi Awal Potensi Geowisata NTT
Waterfront City Kota Kupang Sebagai Destinasi Wisata Kota
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT Panen Perdana Sayur Organik
Kajian Pengembangan KSPN Nemberala-Rote dan KSPN Alor-Kalabahi
| Dinas Pariwisata Provinsi NTT
| @thenewtourismterritory
| @PariwisataNTT
Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Provinsi NTT
Jl. Frans Seda 2 No.72, Kayu Putih, Oebobo, Kota Kupang, 85228
(0380) 826384
082144082555